Kita mungkin mengecoh tamu kita, tetapi keberantakan atau kekacauan tetap ada begitu mereka pergi, dan itu pasti tumpah meluah dan bertambah banyak.
Ruang lumpur itu seperti magnet bagi kekacauan, penuh dengan sepatu dan sepatu bot yang berserakan sembarangan, jas hujan dan mantel musim dingin, sarung tangan tunggal tanpa pasangan yang serasi, tas ransel berisi peralatan dan seragam, dan bahkan tas berisi barang-barang baru tetapi tidak terpakai yang, terlepas dari niat baik kita, masih menunggu untuk diretur ke toko bahkan setelah berbulan-bulan.
Masalah dengan adegan kacau ini adalah bahwa kekacauan akhirnya menjadi hambatan, batas fisik harfiah yang mencegah kita masuk atau keluar dari rumah kita.Â
Sebelum meninggalkan rumah, kita membuang waktu mengais-ngais ladang ranjau ini untuk mencari sepatu atau sarung tangan "yang satu lagi."Apa yang bisa menghilangan kegilaan ini? Tentu saja sebuah kerja tim. Kita perlu menempuh pendekatan komunitas untuk tujuan umum perawatan diri.
Terlepas dari upaya dan rencana terbaik, menulis dan mengkategorisasi aktivitas perawatan diri, berfokus pada ruang lumpur dan membangun kebiasaan-kebiasaan yang lebih kecil, Anda mungkin masih secara konsisten gagal mencapai tujuan.
Anda tidak bisa mematuhi rencana perawatan diri jika Anda terus-menerus tersandung kekacauan Anda sendiri.
Catatan:
Semua ilustrasi dalam artikel asli berbahasa Inggris dibuat oleh Carole Henaff.
Kepustakaan
1. Tygielski, Shelly, How to Create a Self-Care Plan, Mindful, October 2021, hlm. 42-43, 45-46.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 10 September 2021
Johan Japardi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI