Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengatasi Oniomania (Pembelian Kompulsif) Daring

6 September 2021   23:30 Diperbarui: 7 September 2021   00:55 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anda merasa enak, lalu Anda merasa tidak enak, jadi Anda ingin kembali merasa enak." Demikianlah, pembelian kompulsif sering dimulai dan diakhiri dengan emosi negatif: kesepian, depresi, dan ansietas.

Seseorang mungkin beralih ke berbelanja karena mereka tidak mampu mengatasi beberapa stres dalam hidup mereka, atau untuk meningkatkan rasa nyaman diri mereka sendiri. Tetapi itu juga bisa dimulai dengan lebih banyak keadaan pikiran yang netral, misalnya kebosanan.

Prinsip-prinsip yang mendasari pembelian kompulsif adalah bahwa manusia berusaha untuk meningkatkan suasana hati mereka, dan dalam tahun isolasi dan ketidakpastian, banyak yang lebih membutuhkan mekanisme untuk mengatasi suasana hati yang tidak enak dibanding  sebelumnya.

Dengan agak sembrono, kita sering merujuk pada pengeluaran emosional ini sebagai "terapi ritel." Istilah ini memperdaya, karena menyiratkan bahwa berbelanja akan meningkatkan kesehatan mental. Yang lebih mungkin adalah kebalikannya.

Pembelian kompulsif juga bisa mendisrupsi lebih dari kesehatan mental Anda. Konsekuensi finansial sudah jelas dengan sendirinya, dan banyak orang yang telah berbelanja sampai hutangnya semakin banyak. Perilaku tersebut menghabiskan lebih banyak waktu dan perhatian, bisa dengan mudah memicu konflik dengan keluarga dan teman, atau mengganggu pekerjaan, sekolah, dan kewajiban sosial lainnya.

Faktanya, seorang pecandu belanja daring tidak perlu menghabiskan uang sepeser pun untuk memiliki kebiasaan yang problematik, scrolling tanpa akhir saja sudah cukup sering mengakibatkan kebiasaan itu.

Mengatasi Kecanduan
Ada sedikit penelitian tentang penyebab pembelian kompulsif, meskipun para peneliti menduga bahwa penyebab itu membajak sistem penghargaan tubuh kita dengan cara yang sama seperti perilaku kecanduan lainnya, misalnya berjudi.

Aktivitas berbelanja dan membeli menimbulkan aliran dopamin, dan singkatnya, euforia yang terkait dengannya, lalu menurunkan suasana hati kita.

Para vendor internet menggunakan segudang taktik penjualan yang cerdik untuk melawan otak, sehingga semakin sulit untuk menahan keinginan untuk membeli.

"Para pemasar tahu, mungkin lebih baik daripada psikolog klinis, apa yang mendorong perilaku pembeli," kata Norberg. Bahkan tanpa diminta, Algoritma memberi Anda iklan-iklan berdasarkan riwayat pencarian Anda.

Amazon secara otomatis menyarankan item-item untuk dipasangkan bersama. E-tailer menawarkan penjualan kilat dan skema "beli sekarang, bayar nanti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun