Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenyataankah yang Kita Lihat di Depan Mata?

23 Agustus 2021   07:46 Diperbarui: 23 Agustus 2021   07:50 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asumsi itulah yang mendasari teori-teori saintifik mulai dari mekanika Newton, relativitas Einstein, hingga teori Darwin tentang evolusi melalui seleksi alam.

Mungkin kita berpikir bahwa seleksi alam memberikan alasan sederhana mengapa indera kita harus benar tentang kenyataan objektif.

Para pendahulu kita yang melihat dengan lebih akurat lebih berhasil dalam melakukan tugas-tugas penting yang diperlukan untuk bertahan hidup, seperti memberi makan, berkelahi, melarikan diri, dan kawin.

Mereka lebih cenderung mewariskan gen-gen mereka, yang dikodifikasi bagi persepsi yang lebih akurat.

Evolusi secara alami akan memilih indera yang memberi kita yang lebih benar pandangan dunia. Seperti yang dikatakan oleh ahli teori evolusi Robert Trivers: "Organ indera kita telah ber-evolusi untuk memberi kita pandangan yang luar biasa rinci dan akurat tentang dunia luar."

Kebenaran pernyataan Trivers bisa diuji dengan ketelitian matematika, dengan menggunakan alat-alat teori permainan evolusioner yang diperkenalkan pada 1970-an oleh John Maynard Smith. Dalam teori Smith, strategi yang berbeda untuk mengatasi dunia alami bisa diatur satu sama lain dalam simulasi untuk melihat pendekatan mana yang lebih cocok, dalam artian menghasilkan lebih banyak keturunan.

Dalam hal persepsi, kita bisa mempelajari bagaimana strategi "kebenaran," yang melihat kenyataan objektif sebagaimana adanya, bertentangan dengan strategi "pelunasan," yang hanya melihat nilai kelangsungan hidup.

Kita ambil Oksigen sebagai contoh. Oksigen yang terlalu banyak atau terlalu sedikit di udara akan membunuh kita, selisih kadar Oksigen yang sempitlah yang membuat kita tetap hidup.

Jonggol, 23 Agustus 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun