Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenyataankah yang Kita Lihat di Depan Mata?

23 Agustus 2021   07:46 Diperbarui: 23 Agustus 2021   07:50 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilusi fisik disebabkan oleh lingkungan fisik, misalnya oleh sifat optik air. Ilusi fisiologis muncul di mata atau jalur visual, misalnya dari efek stimulasi berlebihan dari jenis reseptor tertentu. Ilusi visual kognitif adalah hasil dari kesimpulan bawah sadar dan mungkin yang paling dikenal luas.

Pengalaman seseorang yang mengalami migrain tentu saja nyata bagi dia, dan itulah persepsi dia akan sesuatu yang jauh lebih kompleks.

Pengalaman visual seseorang tentang sebuah jambu air merah muda akan memudar menjadi pengalaman abu-abu ketika dia menutup kedua belah matanya.

Apa hubungan antara dunia di luar sana dengan pengalaman internal kita? antara kenyataan objektif dan subjektif?

Jika kita sedang dalam keadaan sadar dan tidak mencurigai sebuah lelucon, kita cenderung percaya bahwa ketika kita melihat sebuah jambu air, jambu air itu asli dan bentuk dan warnanya sesuai dengan pengalaman kita sebelumnya, dan bentuk dan warna itu akan terus ada ketika kita memalingkan muka.

Asumsi ini merupakan inti dari cara kita berpikir tentang diri kita sendiri dan dunia. Tapi apakah itu sahih? Telah banyak dilakukan eksperimen untuk menguji bentuk sensorik persepsi bahwa evolusi telah memberi kita kesimpulan yang mengejutkan: tidak sahih.

Itu mengarah ke kesimpulan yang terdengar aneh, bahwa kita semua mungkin dicengkeram oleh sebuah delusi kolektif tentang alam dunia materi kita.

Jika benar, itu bisa berdampak luas terhadap sains, mulai dari bagaimana kesadaran muncul, hingga sifat dari keanehan kuantum yang membentuk "teori segala sesuatu" ("theory of everything") di masa depan. Kenyataan mungkin tidak akan pernah tampak sama lagi.

Sebenarnya, gagasan bahwa apa yang kita persepsikan mungkin berbeda dari kenyataan  objektif sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.

Filsuf Yunani kuno Plato mengusulkan bahwa kita seperti para tahanan yang dibelenggu dalam gua yang diterangi api. Kenyataan terjadi tanpa terlihat karena berada di belakang kita, dan kita hanya melihat bayangan kelap-kelip yang diproyeksikan ke dinding gua.

Sains modern sebagian besar mengabaikan spekulasi semacam itu. Selama berabad-abad, kita telah membuat kemajuan yang menakjubkan dengan mengasumsikan bahwa benda-benda fisik, dan ruang dan waktu di mana benda-benda itu bergerak, secara objektif merupakan sebuah kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun