Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Belanda Pergi, Inggris Datang

22 Agustus 2021   15:17 Diperbarui: 22 Agustus 2021   15:16 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyonya Meneer. Sumber: Bisnis

Apa perbedaan pengaruh bahasa Belanda dengan bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia?

Tentu banyak perbedaannya. Sekarang, penggunaan bahasa Belanda secara aktif sudah sangat terbatas, kalau pun ada, orang Belanda yang menjadi lawan bicara juga sangat terbatas jumlahnya.

Berikut saya sampaikan beberapa faktor penyebab perbedaan pengaruh itu:

Interaksi
Terlepas dari keyakinan sebagian orang bahwa Belanda pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun dan sebagian orang lagi mengatakan tidak selama itu, orang Belanda pada zaman kolonial secara fisik berada di Indonesia, memiliki kepentingan untuk bisa saling berkomunikasi dengan orang Indonesia, dengan lebih memprioritaskan penggunaan bahasa Belanda. 

Dalam skala yang lebih kecil, orang Belanda mempelajari bahasa Melayu (kita sebut saja bahasa Indonesia) dan bahasa daerah, misalnya bahasa Jawa, sampai-sampai istilah berbahasa Indonesia maupun Jawa masuk ke dalam kamus bahasa Belanda, lihat artikel saya: Kata Pinjaman Indonesia dalam Bahasa Belanda.

Dengan kehadiran mereka di Indonesia, komunikasi bisa dilakukan secara tatap muka, apalagi pada zaman itu belum ada jaringan internet. Dalam penyampaian bahasa Belanda kepada orang Indonesia, mereka juga menyisipkan "petunjuk bersikap" dalam berbahasa, sehingga dari pengamatan saya, mereka memposisikan diri lebih di atas.

Contoh:
Kata "pak" atau dulu "tuan,"yang sepadan dengan bahasa Inggris "Mr." (Belanda: Heer) dipertegas oleh orang Belanda dengan menambahkan "saya" menjadi "tuanku" menjadi "mijn Heer," yang disingkat menjadi "Meneer." Demikian pula, bu atau Nyonya dari Vrouw menjadi Mevrouw (Nyonyaku) dan ada alternatifnya yang hanya digunakan di Indonesia, yaitu Nyonya Meneer (Nyonya atau isteri Tuanku).

Setelah kemerdekaan Indonesia 76 tahun yang lalu, mentalitas seperti ini secara bertahap menghilang dari pengguna bahasa Belanda, seiring dengan menghilangnya para Meneer dan Mevrouw itu, walaupun sampai 1 dekade yang lalu saya masih menemukan sisa-sisanya, ketika seorang Indonesia yang fasih berbahasa Belanda berbicara dengan seorang wisatawan asal Belanda.  

Saya mengamati hal ini sambil mempraktikkan bahasa Belanda yang dulu saya pelajari dari paket buku dan kaset Algemeen Nederlands (Bahasa Belanda Umum).

2. Ketertiban Berbahasa Asing
Dengan adanya faktor pada #1 di atas, pembelajar bahasa Belanda lebih tertib dalam belajar, tidak bisa sembarangan, harus mengikuti tatabahasa secara ketat, dll, karena yang akan dihadapi adalah seorang Meneer.

Pada zaman dahulu, bahkan ada beberapa orang yang "kelewat tertib" sampai dijuluki "kebelanda-belandaan" yang lama kelamaan berubah menjadi "kebarat-baratan," tentunya setelah Belanda hengkang.

Bahasa Belanda pergi, bahasa Inggris datang, dan bahasa Belanda yang ditinggalkan sudah melebur ke dalam bahasa Indonesia, misalnya kantor, kulkas, brankas, oplos (berubah makna dari melarutkan menjadi mengencerkan atau mencampurkan), senapan, dll.

Ada sebuah istilah menarik dalam diary saya:
Kita mengadaptasi kata "oper" dari "overnemen" (mengambil alih) setelah kita singkat menjadi "over." Over ini dalam bahasa Inggris juga over dan bahasa Jerman uber, seperti pada ubernehmen (padanan overnemen Belanda), tetapi kita memaknai uber sebagai mengejar atau memburu.

Sekarang ini, ketertiban serupa sudah tidak ada lagi. Hilangnya interaksi bersisipan pembedaan status memunculkan banyak penutur bahasa Inggris yang menggunakan bahasa itu secara sembarangan. Contohnya bisa dilihat dalam beberapa artikel saya sebelumnya.

3. Kesan yang Membekas
Sekarang sudah sangat sulit menemukan generasi yang pernah mengecap pendidikan zaman kolonial. Mereka memiliki karakteristik yang unik dalam mengucapkan fonem "g" dengan "gh" (untuk jelasnya lihat pelafalan fonem ini secara daring: How to say G in Dutch)

Ini adalah pelafalan yang tertib mengikuti kaidah, sedangkan dalam penggunaan bahasa Inggris, mungkin pengguna tertentu ingin tampil beda sehingga sempat muncul beberapa pelafalan yang di luar dari seharusnya, bahkan dalam bahasa Indonesia.

Contoh:
Project menjadi proyek.
Subject menjadi subyek.
Budget menjadi bujet atau bajet.
Narrative menjadi narasi, padahal kata-kata berakhiran "ive" lainnya diadaptasi dengan benar, misalnya eksplosif, prerogatif.
Golongan senyawa hidrokarbon, yaitu alkane, alkene, dan alkyne menjadi alkana, alkena, dan alkuna, dan caffein menjadi kafeina.
Amine menjadi amina, tetapi vitamin yang berasal dari vitamine menjadi vitamin, bukan vitamina.

Banyak ketidaktertiban yang saling tumpang tindih menjadi benang kusut yang jauh lebih sulit untuk diperbaiki setelah istilah-istilah baru digunakan ketimbang ditetapkan sejak awal dengan mengikuti kaidah dasar yang tidak bisa ditawar-tawar.

Dalam hidup, ada yang pergi dan ada yang datang. Kita relakan saja yang pergi dan sambut saja yang datang. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat unik, yang kadang-kadang membuat penggunanya sebagai bahasa ibu kebingungan, konon lagi orang asing.

Zaman terus berubah, interaksi sudah tidak perlu lagi dengan bertatap muka, dan semakin banyak pengaruh-mempengaruhi di antara berbagai bahasa.

Jonggol, 22 Agustus 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun