Pada zaman dahulu, bahkan ada beberapa orang yang "kelewat tertib" sampai dijuluki "kebelanda-belandaan" yang lama kelamaan berubah menjadi "kebarat-baratan," tentunya setelah Belanda hengkang.
Bahasa Belanda pergi, bahasa Inggris datang, dan bahasa Belanda yang ditinggalkan sudah melebur ke dalam bahasa Indonesia, misalnya kantor, kulkas, brankas, oplos (berubah makna dari melarutkan menjadi mengencerkan atau mencampurkan), senapan, dll.
Ada sebuah istilah menarik dalam diary saya:
Kita mengadaptasi kata "oper" dari "overnemen" (mengambil alih) setelah kita singkat menjadi "over." Over ini dalam bahasa Inggris juga over dan bahasa Jerman uber, seperti pada ubernehmen (padanan overnemen Belanda), tetapi kita memaknai uber sebagai mengejar atau memburu.
Sekarang ini, ketertiban serupa sudah tidak ada lagi. Hilangnya interaksi bersisipan pembedaan status memunculkan banyak penutur bahasa Inggris yang menggunakan bahasa itu secara sembarangan. Contohnya bisa dilihat dalam beberapa artikel saya sebelumnya.
3. Kesan yang Membekas
Sekarang sudah sangat sulit menemukan generasi yang pernah mengecap pendidikan zaman kolonial. Mereka memiliki karakteristik yang unik dalam mengucapkan fonem "g" dengan "gh" (untuk jelasnya lihat pelafalan fonem ini secara daring: How to say G in Dutch)
Ini adalah pelafalan yang tertib mengikuti kaidah, sedangkan dalam penggunaan bahasa Inggris, mungkin pengguna tertentu ingin tampil beda sehingga sempat muncul beberapa pelafalan yang di luar dari seharusnya, bahkan dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Project menjadi proyek.
Subject menjadi subyek.
Budget menjadi bujet atau bajet.
Narrative menjadi narasi, padahal kata-kata berakhiran "ive" lainnya diadaptasi dengan benar, misalnya eksplosif, prerogatif.
Golongan senyawa hidrokarbon, yaitu alkane, alkene, dan alkyne menjadi alkana, alkena, dan alkuna, dan caffein menjadi kafeina.
Amine menjadi amina, tetapi vitamin yang berasal dari vitamine menjadi vitamin, bukan vitamina.
Banyak ketidaktertiban yang saling tumpang tindih menjadi benang kusut yang jauh lebih sulit untuk diperbaiki setelah istilah-istilah baru digunakan ketimbang ditetapkan sejak awal dengan mengikuti kaidah dasar yang tidak bisa ditawar-tawar.
Dalam hidup, ada yang pergi dan ada yang datang. Kita relakan saja yang pergi dan sambut saja yang datang. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat unik, yang kadang-kadang membuat penggunanya sebagai bahasa ibu kebingungan, konon lagi orang asing.
Zaman terus berubah, interaksi sudah tidak perlu lagi dengan bertatap muka, dan semakin banyak pengaruh-mempengaruhi di antara berbagai bahasa.
Jonggol, 22 Agustus 2021