Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Selamattinggal" Hanya Sebuah Kata Lain

20 Agustus 2021   17:19 Diperbarui: 21 Agustus 2021   09:14 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketimbang kau harus memaksakan diri.
Untuk tetap peduli dengan kami semua.
Yang masih berada di daratan.

Sama seperti memaafkan.
Melupakan dan mencoba lagi.
Selamattinggal hanyalah sebuah kata lain.

Tulisan di atas saya olah dari berbagai sumber plus hasil pemikiran sendiri, tidak ada maksud untuk menyajikannya seperti puisi, karena saya bukan seorang pemuisi dan batin saya tergerakkan untuk memberikan tanggapan atas puisi mbak Fatmi di atas, sekaligus juga untuk artikel rekanda Kompasianer lain yang merasakan hal yang sama, saya juga ikut merasakannya.

Untuk rekanda yang masih memilih untuk bertahan dengan segala macam pilihan dan alasan yang masih tersisa, marilah terus mengolah rasa menjadi karya dan manfaat, sampai kapal kita masing-masing datang untuk menjemput kita.

Karya-karya kita masih bisa digunakan sebagai bahan untuk mengedukasi banyak orang, bahkan menyemangati mereka untuk memilih menjadi Kompasianer juga, sambil kita semua terus berbenah diri untuk menyajikan karya-karya yang semakin berkualitas, karena sebaik-baik manusia adalah yang mendatangkan manfaat bagi banyak orang. Pasang surut dalam kehidupan adalah hal yang biasa, bertahanlah terus sampai ambang batas ketahanan itu kita capai. Tidak ada kok orang yang menyalahkan kita, tapi mereka akan dirundung kerinduan yang tiada tara, sampai mereka sendiri juga mengambil giliran untuk memilih jalan yang kita pilih.

Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan nama, yang teridentifikasi dalam legacy berupa karyanya. Semoga.

Jonggol, 20 Agustus 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun