Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Fisika untuk Hiburan 87 (Gravitasi): Menangkap Peluru Terbang, Mungkinkah?

17 Agustus 2021   10:15 Diperbarui: 17 Agustus 2021   10:29 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lintasan peluru. Sumber: https://i.ytimg.com/vi/rvE0aJVVVXU/maxresdefault.jpg

Mungkin atau tidak mungkin? Kita tidak sedang membicarakan tentang menangkap peluru dengan tangan kosong seperti yang bisa kita lihat dari beberapa film action, melainkan hal yang sama yang disertai penjelasan dari perspektif fisika.

Pernah ada sebuah insiden yang dilaporkan terjadi pada Perang Dunia Pertama. Seorang pilot Prancis, saat terbang di ketinggian 2 kilometer, melihat apa yang dia anggap sebagai lalat di dekat wajahnya.

Sang pilot lalu menjebak "lalat" itu dengan tangannya, dan terperangah menemukan bahwa dia telah menangkap sebutir peluru Jerman!

Ini mirip kisah-kisah hebat yang diceritakan oleh Baron Munchausen* tentang seorang difabel legendaris, yang mengklaim bahwa dia telah menangkap bola-bola meriam dengan tangan kosong! Namun, tidak ada yang luar biasa tentang cerita menangkap peluru.

*Baron Munchausen adalah seorang bangsawan Jerman fiksional yang dibuat oleh penulis Jerman Rudolf Erich Raspe dalam bukunya pada 1785, Baron Munchausen's Narrative of His Marvelous Travels dan Campaigns in Russia (Naratif Baron Munchausen mengenai Perjalanan dan Ekspedisinya di Rusia). Tokoh Baron Munchausen secara longgar didasarkan pada seorang baron yang nyata, Hieronymus Karl Friedrich, Baron dari Muenchhausen.

Sebuah peluru tidak selalu terbang dengan kecepatan awal 800-900 m/s. Resitansi atmosfer menyebabkan peluru melambat secara bertahap menjadi hanya 40 m/s menjelang berhenti.

Karena pesawat terbang memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan peluru, kita bisa dengan mudah menghadapi situasi ketika peluru dan pesawat terbang bergerak dengan kecepatan yang sama.

Dalam hal ini, peluru, dalam hubungannya dengan pesawat dan pilotnya, relatif diam atau hampir tidak bergerak. Pilot itu bisa dengan mudah menangkapnya dengan tangannya, terutama jika menggunakan sarung tangan, karena peluru menjadi sangat panas saat melesat di udara.

Jadi keadaan ini sama saja dengan ketika kita mengambil sebuah peluru yang diletakkan di atas sebuah meja.

Kepustakaan:
1. Perelman, Y., Physics for Entertainment, Book 1, Shkarovsky, A. (Transl.), Foreign Language Publishing House, Moscow, 1936.
2. Diary Johan Japardi
3. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 17 Agustus 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun