Dari artikel sebelumnya, Fisika untuk Hiburan 80: Efek Fotolistrik (Bagian I), kita bisa mendapatkan wawasan tentang proses yang terjadi selama efek fotolistrik. Memang, seperti yang telah dikembangkan dengan kuat bahwa arus mengalir melalui fotosel dari katoda ke anoda, dengan kata lain, dari kutub negatif ke kutub positif, bisa disimpulkan bahwa pembawa arus adalah elektron-elektron, tetapi dari mana asal elektron-elektron itu?
Eksperimen kita menunjukkan bahwa arus mengalir hanya ketika katoda disinari dengan cahaya. Oleh karena itu, cahaya bekerja pada katoda sedemikian rupa sehingga katoda mulai mengemisi elektron-elektron.
Selain itu, semakin banyak cahaya yang menyinari katoda, semakin banyak pula elektron yang diemisi. Sekarang, bagaimana cahaya bekerja pada zat untuk membebaskan elektron-elektron di dalam zat tersebut?
Sebuah batu yang dilemparkan ke atas akan terbang semakin tinggi, semakin besar kecepatannya, semakin besar energi yang diterimanya saat dilemparkan.
Namun, tidak peduli seberapa tinggi batu itu terbang, ia akan selalu kembali ke bumi karena gravitasi Bumi.
Kita tahu bahwa jika kepada sebuah benda, misalnya roket, atau bahkan partikel elementer, kita berikan kecepatan sekitar 8.000 m/s, dan dengan demikian memberikan energi yang sesuai, benda itu tidak akan kembali lagi ke bumi tetapi akan menjadi "satelit bumi."
Jika kecepatan awal sebuah benda melebihi 11.200 m/s, ia akan melampaui batas gravitasi bumi.
Hal serupa juga terjadi pada elektron-elektron. Saat menembus ke dalam zat, cahaya memberikan energinya kepada elektron-elektron di dalamnya. Energi tambahan ini meningkatkan kecepatan elektron.
Untuk setiap zat, jika kecepatan baru itu lebih besar dari nilai tertentu dan gerakan elektron-elektron adalah keluar dari zat, maka elektron-elektron akan meninggalkan zat itu dan "naik" ke atas permukaannya.
Semakin besar energi yang diterima dari sinar-sinar cahaya, semakin besar kecepatan baru elektron-elektron dan semakin jauh pula perpindahan dari katoda menuju anoda.
Johann Kepler tidak akan mampu menetapkan hukum gerak planet-planet jika pengamatan yang dilakukan oleh astronom Denmark Tycho Brahe dan Kepler sendiri tidak akurat.