Meskipun pada zaman itu masih sangat sedikit orang yang bisa membaca dan menulis, yang berpotensi membuat mata tegang, tetap saja kacamata sangat diminati.
Perdagangan baru bermunculan, yaitu para pengasah lensa dan ahli kacamata.
Tentu saja, sangat sedikit yang diketahui tentang hukum optik, dan bahkan lebih sedikit lagi tentang sifat cahaya. Bukannya tidak ada upaya untuk menemukan dan memahami hal-hal tersebut. Sudah sejak lama para ilmuwan tertarik pada hukum optik, misalnya para ilmuwan Yunani kuno.
Euklides mengetahui hukum pemantulan cahaya, Aristoteles mempelajari pembiasan cahaya, dan Ptolemaeus bahkan mengukur sudut datang dan sudut bias cahaya. Orang Yunani menggunakan cermin cekung untuk menyalakan kayu.
Optika dipelajari oleh para ilmuwan Arab. Sekitar 900 tahun yang lalu muncullah risalah ilmiah tentang optika oleh Ibnu Haitham, yang selama hampir 400 tahun berikutnya menjadi karya paling lengkap dan terbaik tentang optika.
Catatan:
1. Euklides (hidup pada 300 SM), kadang-kadang disebut Euklides dari Aleksandria untuk membedakannya dari Euklides dari Megara, adalah seorang matematikawan Yunani, sering disebut sebagai "pendiri geometri" atau "bapak geometri."
2. Aristoteles (384-322 SM) adalah seorang filsuf dan polymath Yunani selama periode Klasik di Yunani Kuno, murid Plato.
3. Klaudius Ptolemaeus (90-168 M), adalah seorang ahli geografi, astronom, dan astrolog yang hidup pada zaman Helenistik di provinsi Romawi, Aegyptus.
4. Abu Ali Muhammad al-Hasan bin al-Haitsam atau Ibnu Haitham (965-1039 M), di Barat lebih dikenal dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ibu Haitham melakukan banyak penelitian tentang cahaya, dan memberikan banyak inspirasi pada ilmuwan Barat, misalnya Roger Bacon dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
Banyak ilmuwan Eropa Abad Pertengahan menaruh minat pada hukum optik. Mereka mempelajari cara kerja lensa dan mencoba menjelaskan fenomena pelangi.
Mereka sudah melakukan eksperimen dalam pembiasan cahaya dengan bantuan prisma kaca asahan (ground glass). Ini masih jauh dari sains sejati dalam pengertian modern.