Hasil logis dari ini adalah, selama beberapa tahun terakhir, orang telah melihat api Caesar hanya membakar gudang, baik manuskrip yang ditujukan untuk ekspor atau papirus kosong, dan bahwa Perpustakaan itu sendiri terlalu jauh dari pantai untuk dinyalakan oleh kapal-kapal yang terbakar.
Jadi, terbakarnya Perpustakaan Aleksandria itu karena kesalahan siapa?
Dari sudut pandang arkeologis, pertama-tama, orang harus mengenali tidak pentingnya jejak fisik Perpustakaan itu sendiri.
Pada pertengahan abad ke-19, ditemukan sebuah kotak granit yang bertulisan Yunani "Dioscourides, 3 volume." Mengingat ketidakpastian era mengenai topografi kota kuno, orang bisa percaya bahwa ini adalah salah satu unit penyimpanan Perpustakaan Aleksandria yang menyimpan karya ahli botani Dioscorides dari Nazarbus.
Tetapi sejak awal abad ke-20 hipotesis ini ditolak dan pada 1908 A. Reinach menegaskan betapa sulitnya menyimpan ratusan ribu papirus Perpustakaan Aleksandria dengan cara ini.
Faktanya, satu-satunya penemuan arkeologis berupa papirus di Aleksandria adalah papirus batu!, berupa patung-patung filsuf atau orator dari abad ke-2 Masehi, yang mengenakan toga dengan seikat papirus di atas capsa; kotak logam dengan kunci yang digunakan untuk membawa papirus itu.
Tidak satu pun dari penggalian yang dilakukan selama lebih dari 1 abad yang telah menemukan papirus.
Ada 1 penyebutan tentang penemuan papirus berkarbonisasi yang ditemukan tapi kemudian dibuang oleh seorang insinyur di Kom el-Dikka pada abad ke-19.
Dengan demikian, satu-satunya harapan adalah menemukan sisa-sisa Perpustakaan itu sendiri, mungkinkah? Mengingat kejadiannya sudah 17 abad yang lalu.
Museum Romawi-Yunani
Museum Romawi-Yunani adalah sebuah museum arkeologis yang berlokasi di Aleksandria, Mesir.