Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perfilman Indonesia di Masa Penjajahan Jepang

21 Juli 2021   16:06 Diperbarui: 21 Juli 2021   16:19 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RM Soetarto. Sumber: Majalah Poestaka Timoer, 15 Desember 1939.

RM Soetarto. Sumber: Majalah Poestaka Timoer, 15 Desember 1939.
RM Soetarto. Sumber: Majalah Poestaka Timoer, 15 Desember 1939.

RM Soetarto, fotografer Indonesia yang diakui oleh dunia Internasional. Dalam seni fotografi kepada dunia Internasional, bangsa Indonesia membuktikan dengan kecakapan RM Soetarto. "Baby lacht" membawa Soetarto ke dunia Internasional.

Masa muda Raden Mas Sutarto akrab dengan kamera. Dia bukan hanya dikenal sebagai juru foto yang sekadar memotret, tetapi juga mahir memegang kamera untuk produksi film.

Laki-laki berdarah priyayi Kesunanan Surakarta ini mengabdi di Departemen Penerangan Perjuangan Republik Indonesia sampai dengan 1965.

Menurut Rosihan Anwar, dalam In Memoriam: Mengenang Yang Wafat (2002), Soetarto  meliput Rapat Raksasa IKADA 19 September 1945. Soetarto juga yang mengusulkan agar tanggal 19 September dijadikan sebagai Hari Film Nasional.

Pada 1963, menurut Mimbar Penerangan, salah satu jabatan yang diemban Sutarto adalah Pembantu Menteri Penerangan Urusan Audio-Visuil. Kala itu Menteri Penerangan dijabat oleh Roeslan Abdulgani. Sebagai asisten Menteri Penerangan, nama Sutarto disebut dalam telegram diplomatik Duta Besar Amerika untuk Indonesia Marshall Green kepada Sekretaris Negara Amerika di Washington pada 18 Oktober 1965.  

Berita Film Indonesia (BFI) pimpinan Soetarto adalah satu-satunya kantor berita "kiblik" yang membuat film dokumenter semasa perang kemerdekaan. Sebuah perjuangan yang penuh kekerasan dan tipu daya.

Karya film BFI, yang kini hanya tersisa duplikatnya di negara lain, merupakan sebuah perenungan tentang hakikat manusia merdeka.

Kepustakaan:
1. Kemerdekaan di Ujung Hidup Mati, Majalah Tempo Edisi 11-17 November 2015.
2. Perkembangan dan Pasang Surut Film Indonesia.
3. Nippon Eigasha (Perusahaan Film Jepang).
4. Nihon Eiga Kabushikigaisha (PT Perfilman Jepang).

Jonggol, 21 Juli 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun