Setelah beberapa Aktinida dibuat di laboratorium nuklir pada 1940-an, kimiawan dan fisikawan menyadari bahwa penempatan unsur-unsur ini tidak sesuai.
Maka, pada 1944, fisikawan Amerika Glenn Seaborg mengajukan hipotesis Aktinida. Seaborg menyarankan itu sama seperti unsur-unsur dari Lantanum hingga Lutetium yang membentuk deret unsur yang terpisahkan dari struktur standar tabel periodik, maka Aktinium, Thorium, Protaktinium, Uranium dan yang baru unsur-unsur berat baru juga bisa membentuk sebuah deret. Seaborg adalah penemu unsur ke-106 yang diberi nama menurut namanya, Seaborgium, lihat artikel saya: Seaborgium Unsur ke-106.
Sejauh ini, unsur terpenting dalam deret Aktinida adalah Uranium. Isotop Uranium-235 adalah sumber utama bahan bakar dalam reaktor nuklir. Sebagian besar unsur Aktinida lain, bahkan yang sintetis, memiliki penggunaan walaupun sangat terbatas.
1. Aktinium (Ac), nomor atom 89
Langka di alam, Aktinium adalah logam yang terbentuk dari peluruhan unsur radioaktif lain. Atom Aktinium tidak stabil dan terurai menjadi unsur Fransium dan Radon.
Sejumlah kecil Aktinium ditemukan dalam dalam bijih Uranium, misalnya Uranite, dan penggunaannya terbatas. Isotop Aktinium digunakan dalam terapi radiasi untuk mengobati kanker.
2. Thorium (Th), nomor atom 90
Thorium  adalah logam radioaktif alami yang paling umum.
Thorium digunakan di dalam tabung vakum yang memungkinkan arus listrik untuk mengalir.
Thorium juga bisa mengalami fisi nuklir, sebuah proses di mana atom terbelah dua dan melepaskan energi.
Para ilmuwan sedang mengeksplorasi cara membuat reaktor nuklir bertenaga Thorium yang menghasilkan listrik.
3. Protaktinium (Pa), nomor atom 91
Nama Protaktinium bermakna "sebelum Aktinium," karena atom Uranium meluruh untuk membentuk atom Protaktinium, yang kemudian dengan cepat terurai menjadi atom Aktinium.
Sejumlah kecil Protaktinium ditemukan dalam pasir dan lumpur purba. Ahli geologi menggunakan pencacah Geiger untuk melakukan penelitian untuk menghitung berapa usia pasir tersebut.