Kali ini saya mengangkat tema kemustahilan, jadi lahirlah artikel ini, Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Kemustahilan.
Kenapa saya mengangkat tema ini? Karena saya melihat bahwa jika seseorang berada dalam kesusahan besar, maka pilihan yang dia buat pun sudah tidak didasarkan nalar, sebuah kemustahilan yang terlihat oleh orang lain yang dalam keadaan baik-baik saja.
Ternyata para leluhur yang telah mendahului kita juga melihat ada pilihan atau harapan yang tak mungkin bisa diwujudkan, dan dengan demikian mereka pun menuangkan kearifan mereka ke dalam peribahasa-peribahasa dari mana kita bisa memetik kearifan itu, menjadi arif, dan tidak membuat pilihan atau harapan yang mustahil.
KKBI juga mencatumkan kata lengkara yang bermakna: mustahil, tidak boleh jadi, atau tidak mungkin ada.
Contoh-contoh peribahasa Indonesia tentang kemustahilan:
1. Bagai menegakkan benang basah (Melakukan suatu pekerjaan yang mustahil akan berhasil).
2. Bagai pungguk merindukan bulan (Seseorang yang mencintai kekasihnya tetapi cintanya tidak berbalas, atau Merindukan kekasih yang tak mungkin didapat karena perbedaan derajat).
3. Bagai mencencang air (Melakukan pekerjaan yang tidak ada faedahnya) karena mustahil.
4. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai (Cita-cita tinggi, tetapi tidak ada daya upaya untuk mencapainya).
5. Minta dedak kepada orang mengubik, atau: Minta pucuk pada alu, Menghendaki pucuk alu, Minta sisik pada limbat, Minta tulang pada lintah (Minta pertolongan dsb kepada orang yang tidak punya, atau: menghendaki sesuatu yang mustahil/tidak mungkin tercapai /dipenuhi).
7. Bagai si lumpuh hendak merantau (Sesuatu yang mustahil bisa dilakukan).
8. Banyak contoh lain yang bisa dilihat dari Wiktionary.