Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

5 Peribahasa Ampuh untuk Membantu Anak Mengelola Keuangan

15 Juni 2021   17:27 Diperbarui: 17 Juni 2021   06:32 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berjenjang naik, bertangga turun. (sumber: pixabay.com/juno1412)

Jika konten artikel-artikel saya sebelum ini sebagian besar adalah peribahasa dalam beberapa bahasa, maka dalam tema keuangan anak dalam artikel Peribahasa untuk Membantu Anak Mengelola Keuangan.

Lewat konten ini ini saya hanya menggunakan peribahasa Indonesia, karena menurut saya kearifan bahasa Indonesia sudah memadai untuk dipetik dan diaplikasikan oleh anak dalam mengelola keuangannya.

Seperti yang saya uraikan dalam beberapa artikel lain, anak saya, Putri Natalia, sudah mampu untuk mandiri dalam mengelola keuangannya sejak masih di kelas 1 SMP, dengan dibekali beberapa peribahasa yang saya ajarkan kepadanya baik secara eksplisit maupun implisit.

Kemandirian anak adalah sebuah kebiasaan baik yang bisa terbawa-bawa ke usia dewasa, seperti kata peribahasa pertama:  Kecil teranja-anja, besar terbawa-bawa, sudah tua terubah tidak (Satu kebiasaan yang dilakukan sejak kecil akan menjadi tabiat yang sukar diubah). 

Kata anja bermakna manja, jadi manjakanlah anak dengan kebiasaan yang baik yang menjadi kesukaannya sejak kecil. Sebaliknya, jika anak dimanjakan dengan membiarkan dia melakukan kebiasaan yang buruk, boros misalnya, itu juga akan terbawa-bawa sampai ke usia dewasa.

Pengelolaan keuangan ini merupakan hal yang sangat penting, jadi kita harus mengarahkan anak untuk bisa mandiri dengan mengikuti aturan yang jelas dan ketat, dengan berlandaskan pada peribahasa ke-2: Berjenjang naik, bertangga turun (menurut aturan dan urutan yang sewajarnya). 

Saya menemukan bahwa dalam buku, peribahasa ini ada yang dituliskan terbalik: Bertangga naik, berjenjang turun, namun setelah saya renungkan, ini tidak salah karena jenjang dan tangga sama-sama bisa dinaiki maupun dituruni. 

Yang penting dalam pengelolaan keuangan anak, naiknya direncanakan dan jika mengalami penurunan, itu adalah hal yang di luar rencana.

Peribahasa ke-3 yang ampuh untuk pengelolaan keuangan anak tentunya adalah: JANGAN Besar pasak dari tiang atau: Berat tanduk dari kepala (Lebih besar pengeluaran daripada penghasilan). 

Hidup seorang orang dewasa akan sangat menyenangkan jika dia bisa mengaplikasikan peribahasa ini sejak kecil. 

Orang-orang yang boros kemungkinan besar tidak melakukan pembelajaran ini atau sudah melakukan pembelajaran tapi mengabaikan kearifan yang dikristalisasikan oleh leluhur kita ke dalam, dan dengan demikian menjadi bagian yang integral dari peribahasa ini. 

Peribahasa ini juga penting untuk diaplikasikan anak sampai usia dewasa sehingga pada gilirannya dia juga bisa mengajarkan kearifan yang sama, yang tak lekang oleh waktu, kepada anak-anaknya.

Mencapai sesuatu kadang-kadang harus melewati perjuangan yang gigih bahkan kesusahan, namun jika anak sudah memiliki kemandirian yang dibentuk dengan kebiasaan yang baik, rajin menabung misalnya.

Dengan mengikuti aturan yang jelas dan ketat, dan dengan berwaspada agar tidak boros, maka kekerapannya untuk mengalami kesusahan akan berada di bawah "kadang-kadang."

Ajaran moral yang tentunya juga harus diberikan kepada anak adalah membantu orang lain, namun ini juga harus diimbangi dengan menghindari keborosan. 

Saya sangat prihatin dengan orang-orang (termasuk saya dulu) yang menggunakan uang seirit mungkin untuk diri sendiri namun boros dalam membantu orang lain, bahkan yang tidak berkesusahan atau membutuhkan bantuan.

Hanya dengan memanfaatkan kemurahhatian orang yang membantunya untuk terus membantu, dan dia sendiri berubah menjadi semakin malas untuk menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhannya. Inilah manusia paling parah di dunia.

Dalam bahasa Inggris disebut freeloader, dan saya menyebutnya dengan dialek Melayu Tanjungbalai sebagai penumpang bengkak (dia yang menumpang, kita yang bengkak) dan oleh kebanyakan orang tanpa mempertimbangkan lagi hati nurani disebut benalu atau parasit.

Alokasi kebutuhan Putri sudah jelas setiap bulannya, dan saya mentransfer uang tambahan untuk kebutuhan dadakan walaupun tabungan dia terus bertambah secara signifikan dari bulan ke bulan. 

Pertambahan ini karena Putri bersekolah hanya dari Senin s/d Jum'at, jarang jajan pada akhir pekan, sesekali saya transfer juga uang jajan ekstra misalnya untuk keperluan Putri membeli bahan-bahan untuk dia masak sendiri (juga ada kelebihanya yang bisa ditabung).

Dan, ketika saya mendapat penghasilan berlebih, saya juga mentransfer uang dalam jumlah banyak ke rekening tabungan Putri. 

Kesimpulannya, keuangan pribadi Putri dikelola dengan ketat dan jelas, tidak pernah kurang, dan sesekali dia boleh "sedikit boros" di luar semua pengeluaran yang sudah direncanakan, misalnya untuk membeli buah-buahan sendiri, yang biasanya juga menggunakan uang saya.

Peribahasa ke-4 adalah beberapa peribahasa dengan makna serupa: Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Ingat sebelum kena, hemat sebelum habis.

Hemat pangkal kaya, sia-sia utang tumbuh (Orang yang rajin belajar akan pandai, orang yang hemat akan menjadi kaya, atau: Hidup perlu perhitungan dan berhati-hati agar tidak terlanjur mendapat kerugian, atau: Jika ingin kaya hendaklah hemat, jika bersikap boros hanya menambah utang).

Terakhir, peribahasa ke-5, yang merupakan sebuah force majeure (keadaan kahar) yang tidak terelakkan namun harus tetap diwaspadai dan diantisipasi: Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak (Kehidupan di depan kita adalah rahasia Tuhan, untung maupun malang sering datang tiba-tiba tanpa disangka). 

Antisipasi bisa berupa upaya sesuai: Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna, berpikir dengan diiringi doa agar tidak ketimpa keadaan kahar itu.

Salam buat semua pembaca.

Jonggol, 15 Juni 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun