Memancing udang menepi-nepi,
dapat seluang sebesar lidi.
Kalaulah sudah tidak rezeki,
apa pun dibuat tidak menjadi.
(Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak)
Cak si kuracak, sungguh enak si kerang bulu.
Sebelum kita memuncak, berjogedlah kita dulu.
(Ada pendahuluan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan).
Katak Bortung
Ini adalah sebuah lagu berisi banyak humor maupun nasehat. Saya kutipkan pantun peribahasanya tentang nasehat tentang kejujuran:
Jujurlah tuan jujur saudara,
cari duit halal-halal saja.
Hari kiamat tak lagi lama,
berbuat dosa masuk neraka.
Orang memanggilku si pelaut berkarat,
karena kerjaku tukang menjaring belat.
Walaupun hidupku hanya bisa pas-pasan,
tetapi tak pernah terancam segiliran.
(Bersyukur walau dalam keadaan berkesusahan, terus berjuang memenuhi kebutuhan hidp seup sehari-hari).
Hendak ke laut,
angin pun kencang
Pergi ke Barat ditekan tenggara,
pergi ke Timur ditekan Baratdaya.
(Ketidakpastian yang dialami oleh seorang nelayan ketika melaut).
Balik ke rumah,
tak ada belanja.
Ditengok sange ikan tinggal tulangnya.
Singkap periuk nasi tinggal keraknya.
Bila kukenang,
masa-masa kita dulu.
Terkadang kita senang,
terkadang tak menentu.
(Hidup yang dialami setiap orang, ada masa senang, ada pula masa susah)
Baju yang bertuah,
basah kering di badan.
Walaupun kita susah,
tak perlu tahu orang.
(Walau berkekurangan, tetap menjaga harga diri, dan tidak sampai disepelekan orang lain).
Catatan:
1. Ada beberapa pantun yang tidak mengikuti kaidah rima.
2. Ada beberapa pantun yang tidak berisi sampiran (semuanya konten).
Demikian Pantun Peribahasa Tanjungbalai ini saya sampaikan, selain bisa memetik nasehat yang terkandung di dalamnya, mudah-mudahan juga bisa menghibur dengan kekocakannya.
Jonggol, 13 Juni 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H