Belajar bisa dilakukan dengan membaca dari buku-buku, tetapi juga dari buku terbesar yang ada: alam. Demikianlah kata peribasa Minang: Alam takambang jadi guru, yang ketika saya ajarkan kepada seorang mahasiswi tingkat III Universitas Harvard yang molek dan pintar, sempat saya terjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan agak dipermanis, menjadi: Nature unfolds, and lo and behold! It's now a teacher, yang jika diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Indonesia menjadi: Alam terkembang, dan lihatlah! Sekarang dia menjadi guru.
Hitung-hitung sesekali kita bukan hanya belajar dari orang-orang di dunia Barat, tapi juga mengajari mereka kearifan Indonesia.
Dalam artikel-artikel saya sebelumnya, saya menyajikan contoh belajar dari alam ini antara lain: bagaimana para petani zaman dulu belajar bercocok tanam, dan bagaimana belajar dari kelender hari bulan untuk memahami tentang pasang dan surut.
Saya nukil lagi ucapan almarhum kakek saya yang berisi peribahasa China: Â
Di dunia ini tidak ada orang yang bodoh, yang ada adalah orang yang belum tahu. Jika bagian atas sebuah parang kita asah, maka parang itu bisa berubah menjadi sebuah pedang. Jadi teruslah belajar supaya semakin tahu.
Dan tambahan dari saya: Itu pun dalam batasan bahwa setelah belajar, ada yang kita tahu dan selebihnya (harus kita akui) kita belum tahu, keluasan pengetahuan sesuai ucapan Zhuangzi: Walau diberi umur 300 tahun, tak mungkin saya mempelajari apa yang bisa saya pelajari, konon lagi semua yang ingin saya pelajari.
Belajar dari alam juga bisa dilakukan dengan menempuh perjalanan ke tempat-tempat yang belum pernah kita datangi. Ini tertuang dalam peribahasa dengan makna yang sama, yang digunakan orang Indonesia dan Denmark:
Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa.
Den de rejser meget vet meget (Orang yang sering bepergian tahu banyak).
Untuk bisa tetap rajin dan patah semangat, kita dibekali oleh sebuah peribahasa untuk meneguhkan tekad dalam mencari solusi: Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
Jadi, teruslah berlatih dengan segala keterbatasan maupun kebercukupan yang ada, karena:
Ala bisa karena biasa.
Tak lupa saya mengikutsertakan sebuah ucapan guru olahraga SMP saya: Yang lurus banyak gunanya, yang bengkok banyak gunanya.
Teruslah belajar, sampai akhirnya: Door duisternis tot Licht (Habis gelap terbitlah terang).
Jonggol, 9 Juni 2021.
Johan Japardi