Kali ini yang mau saya bicarakan bukan manusia toksik di kantor-kantor, tapi manusia yang membawakan suasana toksik. Siapa orang yang saya maksud? Orang Multi-level Marketing (MLM). Karena skema yang mereka gunakan adalah skema piramida, saya sebut saja manusia piramida.
Mungkin (mudah-mudahan tidak) ada segelintir pembaca yang berespons: "Hah? Apa-apaan ini? Mau menyebarkan kebencian ya? Sistem kami ini legal lho, tak dilarang oleh pemerintah. Dan kami cari duit halal kok."
Justru yang apa-apan itu adalah si manusia piramida itu sendiri yang beberapa orang di antaranya pernah coba-coba mendekati saya dengan tujuan agar menjadi anggota mereka dan ikut mempromosikan dan menjual produk kacangan mereka. Biasanya yang datang itu ya dari lapisan fondasi piramida yang mendukung hidup upline mereka, yang sampai di puncaknya, pendiri piramada yang kaya raya.
Kesan pertama saya, manusia piramida ini tidak nginjak bumi, dan tidak sampai selesai dia obral obrol, reaksi saya sudah membuat dia menghentikan bualannya. Ada yang menjuluki mereka menjual mimpi karena mereka memang sering membicarakan tentang pengejaran mimpi. Kalau saya menyebut mereka penjual pie in the sky (pai di langit). Oposan Robert Kiyosaki menyatakan bahwa "dia memotivasi banyak orang untuk menggali tambang emas dan dia sendiri menjadi kaya raya dari.............. hasil menjual sekop."
Kegiatan mereka memang legal, tapi logika saya, kalau dengan sistem yang mengambil dan mengalokasikan persentase keuntungan kepada begitu banyak orang yang menjadi upline si penjual, hanya karena belum adanya sertifikasi yang hanya diberikan kepada bisnis yang keuntungannya tidak boleh berupa riba atau mirip riba atau lebih parah dari ribalah, maka orang-orang semacam manusia piramida ini masih tetap anteng-anteng saja melakukan kegiatannya, dan jika yang mereka jumpai adalah orang seperti saya, mereka akan mencari orang lain yang lebih soft dan lebih gampang termakan omongan mereka.
Seorang teman pernah ikut-ikutan membeli odol piramida dan menemukan tulisan bahwa pabrik pembuatnya adalah PT Delident Chemical Industry. Saya katakan kepada teman saya itu bahwa inilah produk OEM yang ditempeli merek oleh si penumpang produksi, mereka tidak perlu membangun pabrik, melakukan R&D, dan mengeluarkan semua biaya lain, legal-legal saja sih.
Saya pernah menjadi penerjemah sebuah supermarket raksasa dan menerima buku petunjuk penggunaan berbahasa Inggris dari kantor mereka di luar negeri. Suatu hari, mereka salah mengirimi dokumen dan yang saya terima adalah invoice atas pembelian 10.000 unit DVD player OEM, harganya tak sampai Rp. 60.000 per unit. Saya lalu sadar saya pernah membeli DVD player itu, dengan harga yang saya pikir supermurah, Rp. 499.000!
Karena iba, saya pernah membantu seorang teman, manusia piramida. Saya membeli sebotol klorofil dari dia setelah menggagalkan ocehan dia tentang kehebatan klorofil itu hanya dengan kata-kata, "Yang kamu paparkan sampai sejauh ini memang benar, tapi tidak usah mencapekkan dirimu untuk meneruskan pemaparan, karena itu hanya berlaku untuk tumbuhan, dan manusia bukan tumbuhan. Buktinya kamu jelaskan kesetaraannya dengan sekian kilogram sayuran, dan saya lebih memilih mengkonsumsi sayuran setiap hari, yang masih dengan sangat mudah diperoleh, ketimbang minum klorofil." Klorofil yang saya beli itu tak pernah saya minum, tersimpan di rumah sampai kadaluarsa dan saya buang.
Dengan berlalunya waktu, manusia piramida ini semakin kehilangan hati nurani karena dipush oleh uplinenya bukan hanya menjual, tetapi semakin banyak menggunakan sendiri produk mereka. Umumnya, ini logis, pembeli mereka dimulai dari saudara, kerabat, sahabat, dst., yang sebelumnya sudah mereka masukkan dalam sebuah senarai (kerennya potential customer list).
Seorang teman saya mengalami hal yang sama tapi berulang-ulang, karena iba dan tidak tega, dua perasaan yang menjadi dasar kerja manusia piramida, sampai akhirnya dia harus menanggapi: "Waduh, klorofil yang kubeli berkali-kali dari kau saja tak pernah kupakai. Gimana kalau kali ini kubantu kau dengan mengembalikan semua klorofil itu lalu kau jual lagi?"
Cerita lain, dari teman yang sudah mantan manusia piramida. Perusahaannya memiliki sebuah anak perusahaan yang khusus menjual kaset-kaset motivasional. Sewaktu teman saya ini masih bekerja di sana, pernah dia menemui masalah dalam menjual produk, uplinenya menganjurkan dia membeli dan mendengarkan perangkat kaset A, lalu mempraktikkan konsepnya dalam menjual. Lewat beberapa bulan, masalah itu belum juga teratasi. Dia berkonsultasi lagi dengan si upline, yang lalu menyuruh dia membeli perangkat kaset B, dst. Masalah teman saya itu tetap saja dalam posisi mengambang, persis pai yang mereka pasarkan.
Teman saya ini pernah mengajak saya ke sebuah pertemuan mereka yang gegap gempita dan dipenuhi oleh banyak orang dengan "pangkat-pangkat" bervariasi, pangkat-pangkat yang palsu tapi efektif mendongkrak harga diri dan semangat mereka untuk terus dan terus dan terus menjual, agar pangkatnya naik.
Mimpi-mimpi yang mereka tawarkan kepada saya dengan sendirinya berbenturan dengan sebuah tembok yang besar dan sangat keras:
1. Penghasilan pasif: saya pernah menerbitkan 3 buku di Indonesia, yang satunya sempat jadi best seller, dan salah satunya juga saya terbitkan di Malaysia dalam bahasa Inggris. Saya hanya bekerja satu kali dan terus menikmati penghasilan selama penerbit masih mau mencetak ulang buku-buku itu. Apakah itu bukan penghasilan pasif? Malah penghasilan pasif yang tidak sampai harus mengakal-akali banyak orang (downline) untuk mendapatkannya.
2. Iming-iming bisa punya mobil mewah. Saya tidak perlu.
3. Iming-iming ke luar negeri. Saya katakan sudah terlalu banyak negara luar yang saya kunjungi.
Terakhir, 1 kalimat dan 2 pertanyaan pamungkas saya untuk membuat manusia piramida langsung kabur:
Saya sudah lama sangat salut dengan sistem yang kalian gunakan dalam pemasaran, luar biasa. Bisa bikin orang kaya mendadak.
Sebelum yang bersangkutan hanyut dalam kebanggaan dirinya, saya ajukan 2 pertanyaan:
1. Tolong jelaskan apa sistem ini tidak melibatkan keserakahan?
2. Tolong jelaskan, apakah menjadikan orang kaya mendadak bisa dicapai tanpa memiskinkan orang lain?
Semoga bermanfaat.
Jonggol, 30 Mei 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H