Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Masih Relevankah Perjodohan?

20 Mei 2021   22:24 Diperbarui: 20 Mei 2021   23:05 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Jepang terdapat versi sendiri yang disebut Unmei no Akai Ito (benang merah takdir) atau Akai Ito (benang merah).

Mitologi bangsa-banga lain bisa ditelusuri secara daring.

Sampai sekarang, Pusuk Buhit masih dijadikan tempat orang Batak tertentu berdoa minta jodoh dsb.

Dari mitologi-mitologi ini kemudian muncullah manusia yang menjadi para wakil dewa jodoh. Mereka disebut Mak Comblang dan ada banyak informasi daring tentang mereka, termasuk dampak negatif yang mereka timbulkan, misalnya (saya cukup sebutkan satu saja): Kisah Pilu Korban Kawin Pesanan Jaringan Mak Comblang.

Beberapa hasil pengamatan dan renungan saya:
1. Orang-orang datang ke, dan pergi dari, hidup kita, dengan membuka kemungkinan bagi orang lain (yang relatif lebih baik) untuk masuk.
2. Menerima seseorang itu tidak cukup hanya dengan menerima "apa adanya dia." Kalau niatannya adalah menjadikan seseorang itu teman seumur hidup, harus bisa juga menerima "apa yang bukan adanya dia" (yang belum diketahui dan butuh waktu seumur hidup juga untuk mengetahuinya lebih banyak).
3. Orang-orang tertentu punya kebiasaan kalau tidak cocok, bercerai saja dan masing-masing mencari pasangan yang lebih cocok. Jika kebiasaan ini dikaitkan dengan poin #2, apa bisa? Apakah pilihan remedial yang diambil mesti sampai melanggar aturan agama? Bukankah, walau punya konsekuensi tersendiri, pilihan yang lebih selektif, preventif, dan terlebih dulu lebih banyak mengenal seseorang itu lebih baik? Dan bukankah perpisahan sebaiknya dilakukan sebelum menikah?
4. Ada seorang wanita yang sudah berkali-kali bercerai karena selalu mendapat suami barunya dari sesama alkoholik pengunjung bar, menjadi lebih "selektif" dalam menemukan suami baru lagi. Sebagai salah sebuah cara untuk menyeleksi lebih ketat, wanita ini menempah lalu memakai sehelai baju kaus yang dengan sangat unik menampilkan tulisan "Semakin aku mencoba mengenal seorang pria, semakin sayanglah aku kepada anjing peliharaanku."

5. Seorang ayah, mantan playboy yang kelewat protektif terhadap anak perempuannya, mengatakan kepada teman-temannya, "Si anu itu ya (nama putrinya) baru akan saya izinkan untuk menikah kalau dia sendiri (bukan suaminya) sudah memiliki rumah, supaya dia tidak susah kalau bercerai. Ayah seperti apa ini? Sampai dengan usia 46 tahun, putrinya masih belum juga menikah.

Dalam bahasa Mandarin, berpacaran disebut "lian ai," dan kata "lian" ini berhomonim dengan sebuah kata lain yang bermakna: "melatih."

Mudah-mudahan apa yang saya tulis bisa memberikan secuil manfaat dan solusi bagi orang-orang yang sedang menghadapi persoalan perjodohan.

Jonggol, 20 Mei 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun