Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Koleksi Buku di Perpustakaan Pribadi Johan Japardi

6 Mei 2021   10:22 Diperbarui: 10 Mei 2021   08:28 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku-buku disusun ulang ke dalam rak besi yang sudah selesai dibuat.

Saya mulai mengoleksi buku sejak SD. Tak ada yang menonjol dari koleksi ini kecuali banyak buku peninggalan almarhum kakek saya, Yap Chenghuat (Mr. Yap) yang semasa hidupnya pernah menjadi Kepala Sekolah Methodist English School dan panatua di Methodisten Kerk yang didirikan pada 1929 (Sekarang Gereja Methodist I Tanjungbalai Asahan).

dokpri
dokpri
Gereja Methodist I Tanjungbalai Asahan.

Selain buku, saya juga mengoleksi perangko, lalu harmonika (lihat Koleksi Harmonika Langka Saya), dan beberapa tahun terakhir ini juga piringan hitam (phonograph record atau vynil record), baik yang baru maupun yang bekas, setelah saya membeli sebuah pemutar piringan hitam (turntable). Untuk koleksi yang satu ini, saya tidak begitu fokus, sedangkan koleksi perangko beserta buku saya selama 20 tahun lebih lenyap digerogoti rayap pada November 2001 (lihat artikel Let Go dan Move On dari Musibah 2001).

Jadi saya hanya fokus pada pengoleksian harmonika dan buku yang mulai saya beli lagi sejak akhir 2001, yang sebagian kecil juga terpaksa saya buang pasca banjir 2007 dan 2008.

Sejak awal Juli 2018, saya pindah dan menetap di Citra Indah City, Jonggol, Kabupaten Bogor Jawa Barat, dan langsung merenovasi rumah yang saya beli dan membangun lantai 2 untuk perpustakaan. Total biaya renovasi yang saya keluarkan adalah lebih dari 2 kali harga rumahnya, tapi saya mendapat sebuah perpustakaan seluas 30 meter persegi, dan buku-buku saya mendapat tempat penyimpanan yang layak dibanding sebelum-sebelumnya. Worth it-lah.

Catatan:
Perpustakaan, kata dasarnya pustaka, berasal dari bahasa Tamil, pustakam, yang bermakna: buku.

Karena semua rak buku papan saya tidak saya bawa dari tempat kediaman saya sebelumnya, kecuali rak-rak persegi minimalis dari kayu jati Belanda yang beli dari IKEA, maka saya pun lalu menempah kerangka rak buku dari besi dan menggabungkannya dengan rak papan yang saya potong agar ukurannya sesuai dengan kerangka besi itu. Jadilah sebuah Perpustakaan Pribadi Johan Japardi.

dokpri
dokpri
Puspustakaan saya mulai diisi dengan buku-buku, kerangka rak besi belum dibuat.
dokpri
dokpri
Putri membantu saya mempernis papan jati Belanda yang sudah dipotong.

Berikut foto perpustakaan saya (dari kiri ke kanan, karena tidak bisa difoto sekaligus). Ini belum mencakup seluruh buku saya, karena sebagian buku saya gunakan sebagai rujukan saya letakkan di lantai 1 di SOHO (Small Office Home Office) saya. Di dalam perpustakaan saya ini terdapat bagian berisi buku-buku filsafat China, Batakologi, Javanologi, TCM (Traditional Chinese Medicine) yang menjadikan saya seorang herbalis, pengetahuan teori musik dan instrumen musik, novel fiksi, sedikit buku farmasi, dll. Dari salah sebuah bagian ini terdapat koleksi buku karya Lin Yutang dalam bahasa Inggris yang mencapai hampir 40 judul. Karena buku-buku ini sudah cetak ulang, maka saya membelinya sekaligus sebagai tambahan dari edisi lama yang sudah saya koleksi, dan karyawan toko di Shenzhen Book Mall, cabang Nanshan, Shenzhen, sempat saya buat terkaget-kaget ketika saya memborong 40 buku ini dari toko mereka.

dokpri
dokpri
Perpustakaan Pribadi Johan Japardi 01.

dokpri
dokpri
Perpustakaan Pribadi Johan Japardi 02.

dokpri
dokpri
Perpustakaan Pribadi Johan Japardi 03.

dokpri
dokpri
Perpustakaan Pribadi Johan Japardi 04.

Hasil refleksi saya mengenai barang-barang koleksi, berdasar pengalaman saya dalam menjalankan hobi yang satu ini, seperti yang saya tulis dalam artikel tentang koleksi harmonika, adalah:
Mengoleksi apa pun hendaknya berupa item yang bisa digunakan, bukan hanya untuk dilihat-lihat. Juga, jangan sampai kemelekatan kita kepada apa yang kita koleksi membuat kita berpikir dan bertindak di luar nalar. Pada akhirnya, koleksi kita itu akan lenyap, dan manfaat yang ditinggalkanya berada dalam pikiran kita dan orang-orang yang ikut merasakan pengaruhnya. - Johan Japardi.

Di luar buku-buku cetak, saya mengoleksi lebih dari 34.000 e-books. Tak mungkin saya punya cukup waktu untuk membaca semuanya, sebagaimana yang telah saya lakukan dengan buku-buku cetak itu, yang bahkan salah satu di antaranya, Makna Hidup (The Importance of Living) karya Lin Yutang, sudah saya baca bolak-balik sebanyak 11 kali.  

Jonggol, 6 Mei 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun