Tentang cakra, misalnya pada kata "proses," Anda membuat kaidah bahwa bentukannya harus ditulis: memproses, bukan memroses, dengan alasan (pengecualian?) Â karena proses mengandung konsonan rangkap 2, "pr." Ini cakra.
Yang menarik dari contoh di atas, dalam bahasa Indonesia sendiri kita memiliki konsonan rangkap dua, "ks" sebagai padanan "x," kok malah konsonan rangkap 2 dalam bahasa Inggris dijadikan tunggal?
Menurut saya penggunaan pengecualian yang semakin lama semakin banyak ini hanya akan mempersulit Anda dalam mengembangkan dan membina kata berbahasa Indonesia.
Bahkan dalam membuat pengecualian pun Anda tidak konsisten, Anda membedakan kata "mengaji" dengan "mengkaji" yang sama-sama berkata dasar "kaji."Â
Alasannya bisa diterima karena faktor kebiasaan dan "mengaji" dikhususkan untuk kitab suci Al-Quran, tetapi mengapa Anda mengubah "shalat" yang juga digunakan khusus itu, dan menjadikannya "salat" yang rancu dengan "salat" (Inggris: salad) seperti pada salat Solo, yang harus diganti lagi menjadi "selat" dan pada gilirannya rancu dengan "selat" (Inggris: strait)?, sehingga jika kita terjemahkan balik "salat" ke dalam bahasa Inggris, hasilnya menjadi prayer (shalat) sekaligus salad (salat)? Ramadhan juga sudah Anda ganti menjadi Ramadan. Bukankah bunyi "sh" berbeda dengan "s" dan "dh" berbeda dengan "d."*
Sungguh gonjang-ganjing.
Jonggol, 17 April 2021
Johan Japardi
Addendum pascatayang:
Kelihatannya ini pekerjaan yang tak ada juntrungannya, dan lama-lama Iduladha pun diganti menjadi Idulada. Atau jangan-jangan sudah demikian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H