- GR menderita mentalitas orang taklukan (subservient mentality) menahun karena beranggapan bahwa bahasa Inggris memiliki kedudukan yang lebih tinggi ketimbang bahasa Indonesia, dan dengan demikian kecintaannya kepada bahasa persatuan kita sangat patut diragukan.
- GR diprotes (baca: diberi pencerahan) oleh budawayan kita, presiden Jancukers, mas Sujiwo Tejo, bahwa dia belum mengerti apa-apa (tentang keindahan bahasa) kalau belum pernah membaca Sugih Tanpa Bandha-nya Raden Mas Panji Sosrokartono (artikelnya akan saya tayangkan juga).
Saya sangat sependapat dengan mas Sujiwo dan menurut saya, tiap-tiap bahasa memiliki kekuatan dan kelemahan dan keunikan tersendiri, yang tak dimiliki oleh bahasa-bahasa lain di luar bahasa itu.
Nah, si taklukan Inggris yang satu ini bisa saya pastikan tidak tahu bahwa bahasa Inggris yang dia agung-agungkan itu juga punya banyak inkonsistensi. Sebagian dari contoh yang sudah saya kumpulkan:
- Kata breakfast diucapkan berbeda dengan break dan fast yang membentuknya.
- Kata penjara dalam bahasa Inggris adalah prison = jail. Tapi mengapa prisoner = tahanan, dan jailor = sipir?
- Terus, dengan analogi: employ = mempekerjakan, employee = karyawan (orang yang dipekerjakan), employer = majikan (orang yang mempekerjakan), jelaslah bahwa arti prisoner itu sudah salah total, mestinya tahanan = prisonee, dan prisoner sendiri harus (tidak boleh tidak) berarti orang yang memenjarakan si tahanan.
(Ini akan saya masukkan sebagai koreksi dalam Merriam-Webster Open Dictionary, termasuk dua kata yang saya "koin": "inggil" dan "inggility" (yang saya Indonesiakan kembali menjadi "inggilitas"), yang saya adaptasi dari bahasa Jawa dan saya introduksi ke dalam bahasa Inggris dengan makna masing-masing "santun dalam berbahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan" dan "tingkat kesantunan dalam berbahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan").
Itulah kelemahan bahasa Inggris. Sekarang kelebihan bahasa Indonesia, yang jauh lebih dulu mengadopsi kata Latin "gratis" ketimbang bahasa Inggris yang belakangan baru membakukannya sebagai sinonim for free.
Entah pernyataan di bawah ini asli berbahasa Indonesia atau hasil terjemahan dari bahasa lain, who cares? Yang jelas jangan sekali-kali diterjemahkan ke bahasa lain, karena akan memusingkan dan kehilangan keindahannya.
"Barang siapa mempermainkan permainan, dia bakal menjadi permainan permainan."
(Permainan untuk dimainkan, bukan untuk dipermainkan).
"Yang benar tidak benar-benar benar, apa yang tampak demikian tidak benar-benar demikian
Nah, walaupun
Yang benar benar-benar benar, apa bedanya dengan yang salah tidak bisa kita selesaikan dengan argumen sederhana,
dan, walaupun
Apa yang tampak demikian benar-benar demikian, apa bedanya dengan yang bukan demikian juga tidak bisa kita selesaikan dengan argumen sederhana."
Pahamkah kau kalimat ini GR? Bisakah kau terjemahkan ke dalam bahasa Inggrismu tanpa kehilangan keindahannya yang sejati dalam bahasa kami, bahasa Indonesia?
Sekali lagi, tiap bahasa memiliki keunikan tersendiri. Cobalah kau dengarkan dan pahami "Elang Laut" dalam antologi puisi "Sinandong Menggugat," karya pujangga senior Tanjungbalai Asahan, Syamsul Rizal a.k.a. Tok Laut, sahabatku yang bersahabat dengan W.S. Rendra dan pujangga-pujangga lain yang namanya tidak mungkin saya sebutkan satu per satu di sini.