[caption id="attachment_321737" align="aligncenter" width="300" caption="ISL LOGO"][/caption]
JANGAN IKUT LIGA INDONESIA
Sebuah artikel memang tidak akan mengubah apapun, sebuah artikel tidak akan mengubah sebuah klub amatir menjadi klub profesional saya sadar itu. Tapi, sebuah artikel bisa menyalurkan kegelisahan saya akan kebodohan yang terorganisir yang kalian sebut klub sepak bola. Kebodohan yang terorganisir saya sebut demikian karena kebodohan yang saya lihat ini berlangsung dalam sebuah struktur organisasi. Saya sebut bodoh karena sudah tahu bahwa kemampuan klub yang diurusnya hanya amatir masih memaksakan diri mengikuti liga profesional hanya demi sebuah gengsi, demi sebuah kebanggaan. Kebodohan yang kalian pelihara wahai para pengurus klub sepakbola sudah menyebabkan banyak penderitaan bagi seluruh pelaku sepakbola di dalamnya. Pemain, pebisnis dan suporter adalah korban yang menderita secara langsung.
PT LIGA INDONESIA
PT LI sebagai otoritas penyelenggara liga profesional di Indonesia juga telah melakukan pembodohan publik secara terorganisir. Sebagai penyelenggara sudah seharusnya PT LI menyediakan semua keperluan klub - klub pesertanya. Selama ini PT LI hanya mengeluarkan Manual Liga yang berisi petunjuk, peraturan dan sanksi bagi klub pesertanya. PT LI tidak pernah memberikan pelatihan bagi sebuah klub bagaimana untuk menjadi mandiri sebagai sebuah perusahaan karena selama ini klub - klub sepakbola di INdonesia tergantung dari subsidi APBD. Banyak klub - klub beranggapan bahwa sudah bisa disebut profesional karena sudah tidak menggunakan dana APBD lagi.
KLUB yang BIKIN REPOT
Sejak awal digulirkannya kompetisi ISL musim 2014 sudah terbit keraguan akan kemampuan finansial 3 klub pesertanya yaitu PERSIBA BANTUL, PERSIJAP JEPARA dan PERSITA TANGERANG.
PERSIBA BANTUL
Jauh panggang dari api jika ingin menyebut Persiba bantul sebagai klub profesional. Dilihat dari struktur organisasi dan pengelolaannya secara financial adalah klub amatir. Masih menggantungkan terhadap satu figur dalam hal pendanaan adalah hal yang utama. Tidak mampunya manajemen mengelola aset std Sultan Agung sebagai sumber pendapatan utama adalah hal yang kedua. Suap dan judi adalah sudah menjadi rahasia umum yang dilakukan perangkat klub selama keikutsertaannya di IPL dan ISL. ketiga hal tersebut masih diperparah lagi dengan pembagian group ISL yang berada di zona indonesia timur dimana biaya tandangnya sangat besar. PT LI memang sudah sedemikan amburadulnya sehingga klub di zona indonesia barat harus berada di INdonesia Timur. Berbagai masalah tersebut diatas menjadikan pemain sebagai korbannya, apalagi kalau bukan gaji yang tak terbayar. Terdegradasi ke DU musim depan harusnya menjadi pelajaran dan perombakan bagi pengurus dan stake holder di bantul. Jika masih sama saja dengan sekarang maka Persiba bantul akan jadi lahan empuk suap dan perjudian.
PERSIJAP JEPARA
meski stadion yang mereka gunakan berada di kota Jepara dengan base suporter fanatiknya tidak menjadikan kondisi keuangan klub ini sehat. Sumbangan dari stake holder di kota jepara tidak mampu dikelola secara maksimal oleh pengurus Persijap saat ini. Korupsi dan suap serta ketergantungan terhadap sosok tunggal ketua pengprov PSSI Jateng menjadikan klub ini susah maju menjadi klub profesional. gaji yang tak terbayar sudah jelas menjadi hukuman bagi pemain Persijap saat ini. Musim depan saat berlaga di DU harusnya menjadi pembelajaran yang berharga bagi Persijap untuk lebih bagus mengelola asetnya.
PERSITA TANGERANG
sering dilarangnya Persita Tangerang bermain di kota sendiri dan menjalani laga usiran adalah faktor utama klub tidak mampu menggaji pemain dan official teamnya saat ini. Bahwa biaya tandang klub persita yang dibiayai klub tuan rumah dengan imbalan harus mengalah sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Inilah salah satu trik busuk penyelenggara liga untuk menyelamatkan klub pesertanya.
BIJAKSANALAH
Wahai pengurus klub - klub sepakbola di Indonesia bijaksanalah dalam menentukan arah klub kalian masing - masing, jika memang masih amatir jangan memaksakan ikut liga profesional, cuma bikin repot saja !!
SYARAT MINIMAL KLUB PROFESIONAL
Berbadan Hukum
Bukan hanya digambarkan sebagai sebuah Perseroan Terbatas sebagai induk pengelolanya saja tapi  juga harus diikuti oleh sistem pengelolaannya yang profesiaonal sebagai sebuah perusahaan profit.
Mempunyai stadion dan homebase yang jelas
Stadion yang terverifikasi dan homebase dengan tingkat fanatisme suporter yang tinggi adalah modal utama bagi sebuah klub untuk mendapatkan pemasukan dan passion bermain yang bagus. faktor semangat kedaerahan saat ini adalah utama bagi iklim persepakbolaan di Indonesia seperti AREMA, PERSIB,PERSIJA DAN PERSIPURA. di level DU ada PSS SLEMAN, PSIS SEMARANG dan PERSIS SOLO klub yang hidup secara nomaden akan kesulitan mencari sumber pemasukan dari laga kandangnya seperti PERSITA, PBR, PERSIRAM dan PERSIKUBAR di level DU ada PERSIRES KUNINGAN, PERSEMAN, dan PRO DUTA
Mempunyai sumber pemasukan dana yang jelas dan variatif
Tidak hanya mengandalkan satu sumber pendanaan dari tiket adalah pilihan yang harus diambil setiap klub profesional. Sponsorship dan penjualan merchandise bisa menjadi pilihan utama disamping menjalin kerjasama dengan stasiun televisi lokal untuk hak siar.
jadi jika belum mempunyai bebrapa faktor diatas alangkah lebih baiknya jika mengikuti liga Nusantara yang masih boleh menerima subsidi APBD sambil belajar bagaimana mengelola sebuah klub profesional seperti AREMA CRONOUS, PERSIB BANDUNG dan SEMEN PADANG.
SALAM
JOGJA PUNYA BOLA
twitter @jogjapunyabola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H