Mohon tunggu...
Ipung Jogjangler
Ipung Jogjangler Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fasilitator ketangguhan bencana dan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat

menikmati hidup dan merayakan cinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kidung Ibuku

10 November 2023   07:52 Diperbarui: 10 November 2023   08:11 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami biasa membicarakan apa saja ketika di depan tungku. Soal pekerjaanku, teman-temanku, rencana-rencanaku, dan paling seru adalah membicarakan hubunganku dengan calon istriku. Ibu selalu memberiku nasehat rahasia bagaimana cara mencintai dan membuat calon istriku tergila-gila padaku.

Kali ini kami membicarakan rencana pernikahanku. Kungkapkan betapa aku sudah sangat tidak sabar ingin segera menikah. Kuminta pada ibu bersedia kuajak melamar calon isteriku, secepatnya.

"Apa kamu benar-benar nekat?" Tanya ibu. Pertanyaan ini kedengarannya aneh buatku. Bukan kadar cinta yang ditanyakan tetapi kenekatan. Karena menurutnya pernikahan tidak hanya butuh cinta tetapi juga langkah nekat untuk mewujudkan cinta itu ada, mewujud, nyata. "Kalau sudah nekat, kamu tidak boleh mundur. Sebab ibu tidak pernah mengajarimu mundur dari semua keputusan, apapun itu. Dulu romomu nekat melamar ibu begitu juga ibu nekat menerima lamaran romo. Romomu mundur dari pernikahan saat kamu umur lima tahun, nak. Tetapi ibu sama sekali tidak mau mundur. Surat cerai dari romomu, ibu bakar agar surat itu tidak pernah ada. Jadi selama ibu masih hidup ibu ini tetap istri sah romomu."

"Dia marah dan memukul ibu karena ibu membakar surat itu?" Tanyaku

"Iya nak. Dan saat itu ibu menangis bukan karena romo akan meninggalkan kita atau karena tinjunya mengenai dagu ibu. Tetapi menangis sedih karena tahu kamu mengintip menyaksikan kejadian itu. Ibu takut sekali itu menjadi bibit dendam dalam dirimu."

"Tidak ibu. Aku tidak dendam. Setelah kejadian itu aku hanya ingin romo tidak mengganggu ibu lagi.".

Sigit Purwanto

--------------------------------

Lesung:Landasan kayu berlubang untuk menumbuk

Romo:bapak

Alu:Kayu pemukul saat menumbuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun