Juventus memang luar biasa di Serie A dengan memenangkan 6 Scudetto berturut-turut sejak musim 2011/2012 hingga musim lalu. Tapi disisi lain ini kerugian buat perhelatan kompetisi Serie A. Lambat laun pamor kompetisi ini menurun dan bahkan dikhawatirkan bahkan masuk level ketiga sejajar dengan Liga Belanda dan Portugal.Â
Tidak ada satupun tim lain di Serie A yang secara konsisten memberikan ancaman nyata untuk mengganggu hegemoni Juventus. Roma dan Napoli setiap tahun memang berada dipapan atas tapi level permainan mereka terlalu jauh. Lihat saja bagaimana tim-tim Serie A yang bertarung di Liga Champions. Mayoritas harus mengakui keunggulan lawan dan harus terhenti lebih awal. Hanya Juventus yang sedikit lebih baik dan konsisten.
Hal ini bukan tanpa alasan. Semenjak krisis moneter melanda Eropa, klub-klub di Italia berjuang dengan susah payah. Tidak ada lagi nama-nama pemain bintang dunia yang dapat mereka beli seperti di era keemasan Serie A pada awal tahun 1990an. Pamor serie A tergerus Premiere League dan kini juga oleh Liga Spanyol. Belum lagi konsistensi klub-klub Jerman dan Perancis di Liga Champion membuat Serie A semakin tidak menarik bagi para pemain asing. Dampaknya tidak banyak investor mau mempromosikan produk ataupun menginvestasikan dananya di klub-klub Italia. Secara ekonomi, klub-klub Serie A sudah tidak menjual!
Dengan dana terbatas mayoritas tim Serie A hanya dapat meracik sebaik mungkin komposisi pemain yang ada. Daya tarik bagi penonton pun mulai pudar. Penonton banyak yang mulai meninggalkan stadion dan memilih menyaksikan pertandingan dirumah. Dahulu mereka selain ingin mendukung tim kesayangan juga ingin secara langsung melihat para pemain top dunia yang bermain di Serie A. Nama-nama seperti Diego Maradona, Marco Van Basten, Ruud Gullit, Lothar Matthaus dan Klinsmann di awal 90an mengundang perhatian dunia untuk melihat Serie A.
Dan euphoria glamournya Serie A berlanjut saat Berlusconi menjadikan Milan sebagai "Dream Team." Milan melakukan sejumlah pembelian fantastis di era tersebut. Jean Pierre Papin, Marcel Dessailly, Dejan Savicevic, Patrick Kluivert, Edgar Davids, Zvonimir Boban, Florin Raduciou hingga Bryan Laudrup. Dilanjutkan kemudian dengan pembelian George Weah, Olivier Bierhoff, Thomas Helveg hingga Andriy Shevchenko dan Kaka. Klub lain di Serie A pun pun tidak mau kalah.Â
Inter Milan tercatat pernah mendatangkan sejumlah pemain top dunia seperti trio Jerman, Matthaus, Klinsmann dan Brehme. Mereka kemudian juga mendatangkan dua pemain Belanda yang paling menjanjikan saat itu, Dennis Bergkamp dan Wim Jonk. Dan tentunya yang fantastis saat mereka mendatangkan sang "il Phenomenon" Ronaldo serta Luis Figo. Juventus pun tidak kalah dengan pernah mendatangkan Patrick vierra, Thierry Henry, Didier Deschamps dan sang maestro Zinedine Zidane. Fiorentina dengan icon nya Gabriel Batistuta, Roma dengan Abel Balbo, Aldair dan Cafu serta tim dan juga tim-tim lainnya.
Belum lagi bermunculan nama pemain lokal Italia yang juga menjadi simbol pemain bintang kelas dunia seperti Franco Baresi, Paolo Maldini, Roberto Mancini, Gianluca Vialli, Fabrizio Ravanelli, Alessandro del Piero, Fransesco Totti hingga era Nesta, Cannavaro, Pirlo dan Gattuso. Dan langkah untuk semakin menjual pamor serie A diambil oleh Berlusconi dengan memecahkan rekor fantastis transfer pemain saat itu.Â
Seorang winger Torino yang tadinya tidak dikenal oleh publik pemerhari sepakbola dunia bahkan Italia sendiri, menjelma menjadi pemain termahal dunia saat itu. Gianluigi Lentini memang sempat membuat heboh dunia persepakbolaan dengan rekor transfernya ditahun 1992 dengan nilai 13 juta poundsterling. Namun hanya setahun berselang, Lentini mengalami kecelakaan mobil hebat hingga sempat koma. Dan performanya terus menurun sejak saat itu.
Foya-foya AC Milan dalam bursa transfer musim ini setidaknya membawa secercah harapan untuk kompetisi Serie A. Milan adalah satu-satunya tim Italia yang dirasa  mampu membawa nama Serie A bersinar di Liga Champions mengingat sejarah prestasi yang telah mereka gapai sebelumnya. Juventus memang identik sebagai kandidat kuat setiap tahun sebagai penguasa tahta scudetto tapi kurang beruntung jika harus berlaga di pertandingan antar klub Eropa.Â
Serie A dan Italia membutuhkan klub-klub pendamping Juventus untuk berlaga di Liga Champions. Harapan publik Italia dengan revolusi Milan akan membawa investor lain untuk juga berinvestasi di Serie A. Jika musim yang baru ini AC Milan terbukti  sukses, bukan tidak mungkin investor lain dari China ataupun miliarder lain berkenan untuk meramaikan kembali kemegahan kompetisi Serie A. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H