Mohon tunggu...
joe kriswanto
joe kriswanto Mohon Tunggu... -

Lahir di Bangka 29 tahun yang lalu, hijrah ke Bandung untuk kuliah di Universitas Katolik Parahyangan....sekarang bekerja sebagai Supervisor Fashion di Yogya Dept. Store Bandung...juga sebagai pelatih vokal untuk Uccellini Children Choir, karena kecintaan saya terhadap anak-anak (pernah mendapatkan mendali perak di Asian Choir Games tahun 2007 untuk kategori Children Choir).. dua pekerjaan yang bertolak belakang, tapi saling mengisi dan melengkapi..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Musik dalam Puisi Kahlil Gibran

13 Februari 2010   17:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56 6933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya suka musik,

Saya suka Kahlil Gibran... untungnya Kahlil GIbran juga mempunyai pandangan yang luar biasa tentang musik..jadi klop deh dengan saya...

Sayangnya, musik yang saya dengar di media belakangan jarang ada yang sesuai dengan selera saya. Kalau saya lebih sering mendengar musik idealis dan jenis absolut musik seperti Dufay (musik rennaissance), Palestrina dan Lassus (musik rennaissance) lalu musik Barok semacam Johann Sebastian Bach hingga Beethoven yang terkenal dengan Missa Solemnisnya, lalu musisi jaman romantik seperti Chopin dan komposisi vokal kontemporer seperti Ligeti, meski sebenarnya saya menyukai semua jenis musik asal cocok dengan telinga aneh saya, dari keroncong hingga dangdut, Negro Spiritual hingga musik dugem seperti DJ Tiesto dan Aarmin van Buuren...maka media yang ada terutama TV lebih banyak memutar lagu atau musik yang menurut saya ..."Aduh itu lagu apaan sih? otaknya miskin amat untuk membuat lagu kayak gitu!"

Bukan merendahkan musik tanah air sih... tapi menurutku musik yang ada justru mengikuti apa yang ada dalam otak masyarakat pada umumnya, instan, nakal, cepat dihapalkan, tanpa bobot, syair kosong... dan cepat dilupakan.

Ada benarnya mengikuti pola masyarakat. Hanya saja kalau semua pencipta lagu bergerak bareng-bareng menciptakan musik yang lebih bagus dari yang ada sekarang...toh masyarakat juga bakal mendengar kok... Nggak usah takut kehilangan pasar. Pasar itu bisa dididik.. Lihat saja penyanyi Amerika "Lady Gaga" yang sedang naik daun...Saat semua genre musik yang ada lebih berirama hip hop dan kehitam-hitaman (maksudnya Black Music kayak Acon, Rihanna, Timbaland, Beyonce).... hingga Mariah Carey juga akhirnya menelurkan lagu baru "Obssesed" yang menurut saya 'bukan Mariah Carey banget" dan memang pada akhirnya tidak begitu sukses... Lady Gaga malah membuat terobosan baru...musik techno yang rada aneh, lebih banyak irama trance eropa yang sering dipakai di clubbing, trus dicampur dengan beat 80-an ala Ace of Base plus tecno underground. Dan akhirnya...lagu dia disukai banyak orang.

Coba aja dengar Just Dance, Telephone, Bad Romance, dan Starstuck.  Jangan katakan "Lhaaa si Joe bandingin musik kita dengan musik barat, yaaa jauh lah...............!"

Saya kira enggak kok. Pemenang acara idola musik di tanah air pun seakan meredup, entah ke mana... dan tiba-tiba main sinetron. Please deh...! ngga konsisten banget sih.. kelihatan banget nyari duitnya. Atau acara kontes lagu anak-anak, yang seluruh pesertanya rata-rata menanyikan lagu orang dewasa yang menurut saya belum pantas untuk mereka nyanyikan. Lalu, kemana perginya lagu Ibu Sud, Ibu Kasur dan lagu-lagu anak-anak jaman dulu yang sangat bagus, berbobot dan mendidik?

Coba deh pikir...... dan lihat anak-anak jaman sekarang.  Mereka lebih suka menyanyikan lagu yang berisikan ...."kekasihku.... aku hanya mencintaimu....jangan tinggalkan aku..." ketimbang diminta bernyanyi Pelangi atau Bintang Kecil atau Ambilkan Bulan... malah banyak yang tidak pernah tahu lagu itu...hmmm prihatin euy..

Oke deh... sekarang kita beralih ke Kahlil Gibran yang saya kagumi.  Sekarang saya ajak teman-teman untuk sedikiiiiit menikmati puisi musik Kahlil Gibran.

Di dalam hutan tidak ada anggur yang memabukkan.

Di dalam hutan tidak ada khayalan yang mempesona...

berikan aku seruling dan menyanyilah. Sebab lagu adalah minuman terbaik, dan suara seruling akan tetap abadi..

sekalipun gunung-gunung yang menggemakannya telah lenyap ditelan bumi..(Dikutip dari Kahlil Gibran:Musik Dahaga Jiwa terbitan Fajar Pustaka Baru)

Ini ada satu lagi

Alunan nada musik adalah bidadari

yang tinggal di kerajaan langit para Dewa..

Bidadari itu jatuh cinta pada manusia, lalu ia turun ke bumi menemui manusia..

Namun ketika dewa mengetahuinya, mereka mejadi murka dan mengutus angin topan.


Maka topan pun memburu sang bidadari.

Menaburkannnya di awang-awang dan menebarkannya di lorong-lorong bumi

Tapi jiwa musik tidak mati begitu saja...sebab ia tetap tinggal di sudur-sudut pendengaran manusia........(Dikutip dari Kahlil Gibran:Musik Dahaga Jiwa terbitan Fajar Pustaka Baru)

kalau Kahlil Gibran begitu indahnya memaparkan pentingnya musik dalam kehidupan manusia, mengapa banyak sekali musik yang terkadang tidak indah maknanya.

Yah... kata orang bijak, dengarkanlah musik yang baik.

bagaimana dengan Anda ? Apakah anak anda masih menderita demam lagu-lagu dewasa? padahal umurnya masih dibawah usia ABG ? musik bukan hal besar seperti sekolah dan mengerjakan PR tapi cukup ampuh untuk menghubah pola pikir dan prilaku verbal dan tindakan.  (14 Februari 2010--pukul 00:00)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun