Humanity & Nasionalitas
In the name of Humanity
Untuk Saudara-saudaraku Pejuang HAM. Gandhi pernah mengatakan : “Saya seorang Nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah perikemanusiaan. My nationalism is humanity.” Kata-kata ini dikutip oleh Soekarno dalam Pidato Beliau 1 Juni 1945 di depan dewan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang sedang menyiapkan Weltanschauung (pandangan hidup, dalam bahasa Jerman-Ed.) atau Dasar Negara Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, kemudian Gandhi memimpin gerakan kemerdekaan India sampai menjadi merdeka. Dan dalam perjalanannya, Gandhi sempat ditawarkan kemerdekaan oleh Inggris dengan sangat mudah, yaitu India dibagi menjadi beberapa negara berdasarkan agama. Gandhi dengan halus tapi tegas menolak tawaran itu dan kembali ke India, karena India harus menjadi satu negara utuh di atas agama-agama.
Toh, akhirnya salah satu anggota Partai Konggress, yaitu: Moh. Ali Jinnah malah pergi ke Inggris dan ketika kembali, perilakunya menjadi berubah keras, dan mengultimatum Gandhi, India (Hindu) Merdeka tapi Pakistan (Muslim) Merdeka ATAU India saja merdeka tapi akan terjadi perang saudara antar Hindu-Muslim di India.
Di hadapan M. Ali Jinnah, Gandhi memohon supaya M Ali Jinnah tidak mendirikan negara Pakistan. Gandhi dengan tegas menawarkan jabatan tertinggi dalam pemerintahan dan negara India (President atau PM) kepada Ali Jinnah asal Ali Jinnah tidak menuntut kemerdekaan Pakistan. (Hal ini diam-diam ditentang oleh J. Nehru-i yang akhirnya menjadi PM India pertama) Tapi Ali Jinnah sudah ‘gelap mata’ dan menolak. Dia tetap menuntut Pakistan merdeka atau India berada dalam perang saudara antar agama.
Gandhi dengan sedih akhirnya merelakan Pakistan merdeka karena biarpun Beliau adalah Nasionalis tapi berkebangsaan Perikemanusiaan.
Tapi tetap saja, akhirnya di India terjadi perang saudara antara agama di India, sampai Gandhi akhirnya bersumpah untuk tidak makan lagi sampai konflik antar agama di India berakhir. Sementara itu, Pakistan yang muslim pun tidak luput dari perpecahan yang berakibat berdirinya negara Bangladesh yang muslim juga.
Mungkin sekarang Gandhi bisa sedikit bergembira ketika melihat India saat ini, di mana mayoritas Hindu dapat menerima presiden India -Dr. Abdul Kalam- seorang muslim, dapat diperintah PM India -Dr. Manmohan Singh- seorang sikh (Pengikut Sikh hanya 4% dari seluruh populasi India) dan Ketua Partai Mayoritas di India, Konggress adalah -Sonia Gandhi- seorang Katholik.
Moh. Ali Jinnah sendiri, ketika diwawancari oleh Times menjelang kematiannya, ditanya : "Apakah hal yang paling Bapak sesali seumur hidup Bapak?. Dengan berlinangan air mata M. Ali Jinnah menjawab : "Memerdekakan Pakistan."
Adakah hikmah yang dapat kita ambil dari cerita India-Pakistan di atas ?
Teman-teman para pejuang HAM yang terhormat dan terkasih, apakah kita sudah menawarkan sesuatu yang sangat-sangat berharga seperti yangi Gandhi-ji tawarkan kepada seorang "fundamentalist" seperti M. Ali Jinnah.