Kehadiran Son of God memberikan dampak pada kehidupan sosial Bangsa Yahudi kala itu. Ajaran-ajaran dari Kitab Taurat disempurnakan melalui perjalanan penuh cinta dan kebenaran seorang Anak Manusia dengan mengajarkan sesuatu yang baru dan terasa penuh damai dan membawa harapan.
Dalam waktu yang singkat, Ia mulai dikenal dan makin hari makin banyak para pengikut-Nya karena perbuatan-perbuatan ajaib dan penuh Cinta Kasih. Bangsa Yahudi mulai meyakini bahwa inilah Mesias yang akan menyelamatkan mereka dari penjajahan Bangsa Romawi. Tetapi Son of God tahu bahwa karya-Nya jauh lebih besar dan mulia dari sekedar kerajaan dunia. Ia pun memilih menyingkir dari permintaan masyarakat Yahudi yang meminta Ia menjadi Raja dan memimpin mereka mengalahkan Bangsa Romawi.
Walau demikian, para pemuka agama Yahudi tidak senang dan tidak sependapat dengan masyarakat. Mereka merasa bahwa kehadiran Yesus dinilai sebagai pemberontak yang merusak tatanan nilai-nilai religius yang selama ini ditaati oleh mereka. Yesus dianggap sebagai orang yang melakukan penistaan terhadap kepercayaan Bangsa Yahudi. Yesus dianggap orang yang membawa malapetaka bagi Bangsa Yahudi karena telah menghina aturan-aturan baku dari Kitab Taurat yang selama ini dipegang teguh dan ditaati. Yesus bahkan dianggap sebagai seorang gila yang memiliki kekuasaan gelap dan telah mempermainkan dan menghujat Allah.
Tetapi firman yang ada tertulis dalam kitab Taurat mereka harus digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan. (TB Yoh 15:25)
Bangsa Yahudi terbelah. Ada yang menganggap Yesus sebagai Son of God. Sedangkan yang lain menganggapnya orang jahat yang menghujat. Berbagai kepentingan pun ikut larut dalam kisah penyaliban Yesus sebagai hukuman tanpa alasan.
Kepentingan para pemuka agama Yahudi bertaut dengan kepentingan Bangsa Romawi yang sedang berkuasa atas Bangsa Yahudi, juga bertalian dengan kepentingan penguasa Bangsa Yahudi yang sangat ambisius untuk menjadi Kaisar atau paling tidak dipercaya sebagai Gubernur dalam penjajahan Bangsa Romawi. Ketiga kepentingan ini saling mengikat satu sama lain untuk kemudian menjadi kekuatan Imam Agung untuk membuat sebuah saksi dusta agar bisa menjerat Yesus kedalam hukuman mati.
dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.” Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” (TB Yoh 18:14,37)
Penyiksaan dan penyaliban Yesus terjadi. Kayafas berdalih kepada Pilatus bahwa bila tidak menghukum-Nya, akan muncul pemberontakan karena Ia telah diproklamirkan para pendukung-Nya sebagai Mesias atau Raja Orang Yahudi. Padahal kami sangat setia dengan Kaisar Romawi.