Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa negara Indonesia yang digunakan untuk alat berkomunikasi, selain untuk alat berkomunikasi, bahasa Indonesia juga berguna untuk menghindari terjadinya konflik antardaerah dikarenakan Indonesia memiliki suka yang sangat beragam sekali.
 Bahasa Indonesia mengalami banyak perubahan salah satunya adalah munculnya akronim yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena memiliki fungsi yaitu mempermudah, Penggunaan akronim sangat umum dan semakin marak di kalangan remaja, baik dalam percakapan langsung maupun di media sosial, Akronim juga memiliki konteks bahwa akronim dapat menunjukan peran Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu.Â
Akronim merupakan singkatan dari beberapa kata yang biasanya diambil huruf-huruf awalnya untuk menciptakan kata baru. Penggunaan akronim tidak hanya mempercepat komunikasi, tetapi juga menciptakan bahasa yang khas di kalangan,terrdapat beberapa akronim poluler contohnya seperti "OTW" (On The Way), "BTW" (By The Way), "Baper" (Bawa perasaan), dan "Salting" (Salah tingkah)
Meskipun beberapa akronin ini berasal dari Bahasa Inggris, tetapi remaja Indonesia menyerap sekaligus memahami kata-kata tersebut, akronim yang berasal dari bahasa luar menjadi salah satu bukti bahwasanya Bahasa Indonesia mampu beradaptasi dari Bahasa asing. Selain akronim yang berasal dari bahasa asing terdapat pula akronim lokal yang berarti berasal dari Bahasa Indonesia itu sendiri.
Akronim-akronim tersebut umumnya dipahami oleh komunitas-komunitas tertentu yang kemudian menyebar san hampir dipahami oleh seluruh Indonesia.
Hal ini memperlihatkan bahwa Bahasa Indonesia melalui penggunaan akronim dapat menciptakan komunikasi efektif diberbagai daerah dan menarik untuk diteliti lebih lanjut karena memiliki pengaruh terhadap pola komunikasi dan perkembangan bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode survei dan analisis literatur dengan melibatkan responden dari beberapa sekolah menengah di Indonesia.Â
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh melalui survei yang dilakukan terhadap 150 remaja di beberapa sekolah di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.Â
Responden diberikan kuesioner mengenai akronim yang mereka gunakan dan alasan penggunaannya. Selain itu, penelitian ini juga melakukan analisis literatur mengenai penggunaan akronim di media sosial dan literatur yang membahas adaptasi bahasa dalam era globalisasi.
Survei menunjukkan bahwa sebagian besar remaja menggunakan akronim untuk efisiensi dan gaya bahasa.
Akronim yang awalnya digunakan untuk mempercepat dan mempersingkat penyampaian informasi kini menjadi tren bahasa yang khas di kalangan generasi muda. Sebagian besar menyebutkan bahwa penggunaan akronim juga memberi kesan modern dan mengikuti tren.Â
Namun, ada juga dampak negatifnya, yaitu beberapa remaja menjadi kurang memahami kata asli atau arti lengkap dari singkatan tersebut. Selain itu, penggunaan akronim yang berlebihan dapat menyebabkan dampak buruk yaitu penurunan pemahaman bahasa formal dan baku di kalangan remaja.
Penggunaan akronim di kalangan remaja Indonesia menjadi salah satu bentuk adaptasi bahasa yang memperlihatkan fleksibilitas bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.Â
Dengan memahami dan menggunakan akronim yang sama, remaja Indonesia dari berbagai latar belakang budaya dapat berkomunikasi lebih mudah dan merasa memiliki kesamaan. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia, melalui perkembangan bentuk kata seperti akronim, mampu menjadi bahasa pemersatu di tengah perbedaan dan perkembangan zaman.Â
Namun, penggunaan akronim yang berlebihan juga menimbulkan kekhawatiran terhadap pemahaman bahasa formal, dimana remaja jadi tidak memahami kapan waktunya berkomunikasi formal dengan baik dan benar. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan penggunaan akronim dan bahasa formal agar perkembangan bahasa Indonesia tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H