Diperkuat oleh hasil penelitian Saputra et al. (2020) yang menyatakan bahwa penggunaan biodekomposer yang berbeda akan mempengaruhi kualitas fisik- kimia kompos daun akasia, sekam padi, dan kulit udang Jumar et al. (2020) melaporkan bahwa pemberian EM4 dengan dosis 1 mL/kg bahan menghasilkan kompos kulit durian yang tidak berbau busuk sesuai dengan SN119- 7030-2004. Jumar et al. (2021) juga melaporkan bahwa pemberian dekomposer mampu menghasilkan kompos limbah baglog jamur tiram yang berkualitas berdasarkan SNI19-7030-2004.
Menurut Muthukumar, et.al (1985). tanin dapat menurunkan kapasitas oksidasi alphanaphtylamine di akar dan menghambat pertumbuhan akar dan batang. Tanin akan menghambat pertumbuhan dengan cara melukai akar yang mengakibatkan tanaman menjadi kerdil (Nimas, dkk 2017). Berdasarkan penelitian Nimas dkk, 2017.Â
Limbah padat memberikan hasil yang rendah untuk pertumbuhan tanaman selada dikarenakan dekomposisi tidak terjadi dengan cepat oleh mikroba tanah sehingga tidak mampu menyediakan unsur hara yang siap digunakan tanaman.Â
Sedangkan pada perlakuan limbah cair, senyawa seperti kafein akan larut dalam air dan memungkinkan tersedianya unsur hara yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman seperti Nitrogen.
Ampas kopi ternyata memiliki potensi besar sebagai bahan baku kompos organik yang berkualitas. Selain membantu mengurangi limbah, penggunaan ampas kopi sebagai kompos organik juga dapat memberikan manfaat untuk tanaman, lingkungan, dan ekonomi.Â
Namun, perlu diingat bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pengolahan dan penggunaan ampas kopi sebagai kompos harus dilakukan dengan tepat dan benar. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan potensi ampas kopi secara bijak untuk kebaikan lingkungan dan keuntungan kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H