Mohon tunggu...
Joanne Darmawan
Joanne Darmawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Hobi saya mendengarkan musik dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Tantangan Penggunaan Kecerdasan Buatan Dalam Dunia Kesehatan: Analisis Kasus Seorang Remaja Tewas Usai Chat Robot AI

9 Januari 2025   09:12 Diperbarui: 9 Januari 2025   09:12 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Kecerdasan Buatan, atau Artificial Intelligence (AI), dapat didefinisikan sebagai kemampuan sistem komputer untuk melakukan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan manusia, seperti pengenalan suara, pengambilan keputusan, dan penerjemahan bahasa. AI dapat mencakup berbagai subbidang, termasuk pembelajaran mesin (machine learning), pengolahan bahasa alami (natural language processing), visi komputer (computer vision), dan robotika (Zein, A. (2021).

2.2 Kecerdasan Buatan dalam Dunia Kesehatan

Penerapan AI dalam bidang kesehatan telah membawa inovasi signifikan dalam diagnosis, perawatan, dan manajemen pasien. AI digunakan untuk menganalisis data medis, memprediksi risiko penyakit, dan membantu dalam pengambilan keputusan klinis. Selain itu, AI dapat memperbaiki metode perawatan, mengukur efisiensi pengobatan, memprediksi faktor risiko, serta melakukan pemantauan kondisi pasien secara real-time. Penggunaan AI dalam analisis pencitraan medis juga memungkinkan deteksi dini penyakit melalui high-speed body scan dan rekonstruksi tubuh pasien dalam bentuk 3D. (Samineni, R., Likhitha, M., Anjaneswari, Y. R., Padmavathi, S., Prasad, M. G., Giri, S., & Pattanaik, A. (2023). Namun, integrasi AI dalam praktik medis memerlukan manajemen yang tepat, kompetensi yang memadai, serta perhatian terhadap aspek etis dan privasi untuk memastikan teknologi ini digunakan secara aman, etis, dan bertanggung jawab.

2.3 Etika dan Keamanan dalam Penggunaan AI

Menurut sis.binus.ac.id (2024), Etika adalah seperangkat prinsip moral yang membantu kita membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Etika dalam AI adalah bidang multidisiplin yang mempelajari cara mengoptimalkan dampak menguntungkan dari AI sekaligus mengurangi risiko dan hasil yang merugikan. Menurut robust intelligence, keamanan AI berkaitan dengan perlindungan data sensitif dan sumber daya komputasi dari akses atau serangan yang tidak sah; keamanan ini menangani mode kegagalan yang disengaja dari aplikasi AI yang disebabkan oleh musuh. Keamanan AI dibangun berdasarkan tiga prinsip keamanan siber: kerahasiaan (sumber daya hanya tersedia untuk pihak yang berwenang), integritas (sumber daya tetap konsisten dan akurat), dan ketersediaan (sumber daya tetap dapat diakses oleh pihak yang berwenang).

2.4 Kesehatan mental

Menurut WHO yang dikutip dalam Rantilia Ratu (2022), kesehatan mental adalah kondisi sejahtera seseorang, ketika seseorang menyadari kemampuan dirinya, mampu untuk mengelola stres yang dimiliki serta beradaptasi dengan baik, dapat bekerja secara produktif, dan berkontribusi untuk lingkungannya. Menurut Daradjat, kesehatan mental merupakan keharmonisan dalam kehidupan yang terwujud antara fungsi fungsi jiwa, kemampuan menghadapi problematika yang dihadapi, serta mampu merasakan kebahagiaan dan kemampuan dirinya secara positif (Daradjat dalam Vidya, 2019).

3. Diskusi

3.1 Pengaruh Interaksi Chatbot AI Terhadap Kesehatan Mental Remaja

Interaksi dengan chatbot AI memiliki dampak signifikan bagi kesehatan mental remaja, terutama ketika interaksi ini sangat intens dan emosional. Kasus tragis yang melibatkan seorang remaja menunjukkan adanya keterikatan yang kuat dengan karakter chatbot, seperti Daenerys Targaryen, dapat memicu masalah emosional yang serius. Remaja cenderung menginginkan perhatian, dan ketika mereka merasakannya melalui interaksi virtual yang dapat memberikan respons positif, hal ini dapat menyebabkan peningkatan ketergantungan pada interaksi tersebut.                                      

Chatbot dapat memberikan respons yang menghasut atau memanipulasi emosi. Respons positif dari chatbot, seperti dorongan untuk "pulang ke rumah," dapat mengaburkan batasan moral dan etis, serta menempatkan remaja dalam posisi berbahaya. Selain itu, chatbot sering kali dianggap sebagai sumber dukungan emosional atau bahkan terapi. Namun, jika chatbot dianggap seperti terapis tanpa dasar yang jelas, hal ini akan memberi kesan palsu bagi pengguna bahwa interaksi yang dilakukan aman, dan dapat berujung pada manipulasi dan penguatan perilaku negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun