Mohon tunggu...
Joanna Lie
Joanna Lie Mohon Tunggu... Lainnya - Project Assistant

Lulusan baru yang menulis sebagai hobi dan ingin berbagi perspektifnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah dan Kebiasaan Festival Perahu Naga

22 Juni 2023   10:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   18:25 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kkday.com/zh-tw/product/125432

https://www.kkday.com/zh-tw/product/125432
https://www.kkday.com/zh-tw/product/125432

Selain balap perahu naga, festival ini juga ditandai dengan kebiasaan unik lainnya, yaitu makan bakcang. Pada dasarnya bakcang adalah makanan tradisional untuk Festival Perahu Naga. Makanan ini terbuat dari beras ketan dengan isian seperti daging, kacang tanah, atau pasta kacang merah, lalu dibungkus dengan daun bambu. Daun bambu tersebut kemudian diikat dengan tali hingga membentuk segitiga. Makanan tradisional semacam ini juga ada hubungannya dengan Qu Yuan. Diperkirakan telah berevolusi dari bambu berisi nasi yang dibuat oleh orang-orang Chu untuk menjaga agar kehidupan bawah air tidak memakan Qu Yuan. Sebenarnya, bakcang telah ada jauh sebelum Qu Yuan lahir sebagai persembahan untuk memuja leluhur dan dewa Tionghoa. Orang-orang memuja Qu Yuan dengan bakcang sebagai cara untuk menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat mereka yang besar kepada penyair besar itu. Bakcang bisa direbus atau dikukus. Bahan isiannya bisa berbeda sesuai selera keluarga. Bakcang bisa manis atau gurih, dan rasa bakcang bervariasi tergantung daerahnya. Anda dapat mencoba bakcang di sebagian besar restoran dimsum.

3. Memberikan Kantong Parfum/Memberikan Benang Sutra Lima Warna

https://aishop3.pw/products.aspx?cname=chinese+perfume+pouch&cid=170
https://aishop3.pw/products.aspx?cname=chinese+perfume+pouch&cid=170

Kantung parfum adalah kantung kecil berisi herbal, seperti cinnabar, rosemary, lavender, mint, dan mawar, serta diikat dengan benang lima warna. Kantung ini biasanya dipakai di leher atau disimpan dalam saku. Adapun kantung ini diyakini memiliki efek menenangkan, mengusir serangga, dan melindungi dari penyakit. Mengenakan kantong parfum adalah salah satu kebiasaan penting untuk mengusir kejahatan dan nasib buruk. Banyak warna atau jenis kantong wangi tersedia di kios pasar dan pusat perbelanjaan di China. Mereka juga cocok dijadikan sebagai suvenir atau hadiah.

https://www.newton.com.tw/wiki/%E4%BA%94%E8%89%B2%E7%B5%B2%E7%B7%9A
https://www.newton.com.tw/wiki/%E4%BA%94%E8%89%B2%E7%B5%B2%E7%B7%9A

Meskipun begitu, di beberapa daerah di Tiongkok, pada hari Festival Perahu Naga, orang tua akan mengepang benang sutra lima warna dan mengenakannya di pergelangan tangan anak-anak mereka. Warna yang terdiri dari hijau, merah, putih, hitam, dan kuning --- adalah warna keberuntungan di Tiongkok kuno. Orang-orang percaya bahwa ini akan membantu menjauhkan roh jahat dan penyakit.

4. Menggantung Daun Mugwort dan Calamus

https://www.chinadaily.com.cn/a/201906/07/WS5cf99af2a31017657722ff1b_5.html
https://www.chinadaily.com.cn/a/201906/07/WS5cf99af2a31017657722ff1b_5.html

Berdasarkan keyakinan Tiongkok kuno, mereka menganggap bulan lunar kelima sebagai bulan yang tidak menyenangkan dan hari yang paling tidak menyenangkan sepanjang tahun. Dikenal juga sebagai "bulan racun" karena cuacanya yang hangat menjadikan tempat berkembang biak bagi makhluk beracun seperti kelabang, kalajengking, ular, kodok, dan laba-laba. Akibatnya, orang Tionghoa kuno meletakkan apsintus dan calamus di pintu dan memakai kantong parfum pada hari ini untuk mengusir roh jahat.

Entah sejarah dari Festival Perahu Naga nyata atau tidak, penulis merasa bahwa ini adalah kekayaan budaya yang menunjukkan keindahan dan kekayaan warisan Tionghoa yang berakar pada sejarah dan penuh dengan simbolisme yang berawal dari apresiasi masyarakat pada leluhurnya. Tidak hanya itu, penulis juga merasa bahwa festival ini juga salah satu acara budaya yang menampilkan kedalaman warisan Tiongkok yang semoga saja dapat membangkitkan rasa persatuan, tradisi, dan semangat komunitas. Meskipun begitu, penulis juga ingin mengungkapkan bahwa tidak semua tradisi diatas pernah dilakukan oleh keluarga penulis yang mungkin terjadi karena pergeseran budaya. Semoga perayaan ini dapat menjadi tradisi budaya yang berlangsung hingga tahun-tahun berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun