Mohon tunggu...
Joanna Lie
Joanna Lie Mohon Tunggu... Lainnya - Project Assistant

Lulusan baru yang menulis sebagai hobi dan ingin berbagi perspektifnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah dan Kebiasaan Festival Perahu Naga

22 Juni 2023   10:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   18:25 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.xinhuanet.com/politics/2016-06/09/c_1119017261.htm

Peh Cun atau Festival Perahu Naga merupakan tradisi yang terpilih sebagai National Intangible Cultural Heritage pada 20 Mei 2006 dan ditambahkan ke daftar Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity, UNESCO pada 3 Oktober 2009.

Festival yang dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan China merupakan salah satu festival yang ternyata banyak di selebras. Salah satunya adalah negara Indonesia dan terkadang dikenal juga sebagai Festival Bakcang (Hanzi: ; Pinyin: ruzng). Tapi tahukah kamu akan asal usul tradisi ini?

Berdasarkan cerita turun temurun paling terkenal di Tiongkok, asal usul festival ini bermula dari Qu Yuan (Hanzi: ), penyair patriotik sekaligus penasihat nomor satu untuk kerajaan Chu yang mendedikasikan hidupnya untuk membantu raja membangun kekaisaran yang lebih kuat. Namun sayang, salah satu usahanya di tentang oleh raja dan membuatnya diasingkan. Di masa pengasingannya, Qu Yuan menulis puisi berjudul Li Sao (Hanzi: 離騷; Pinyin: Lí Sāo) yang mengekspresikan kepedulian dan cintanya yang dalam pada Negara Chu dan rakyatnya. Kini puisinya telah menjadi karya sastra Tiongkok yang terkenal dan dihormati.

Ketika ibu kota Chu ditaklukkan oleh negara bagian Qin, Qu Yuan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di Sungai Miluo pada tanggal 5 bulan 5. Tubuh Qu yang tidak dapat ditemukan membuat penduduk setempat mendentumkan drum sembari melempar gumpalan nasi ke sungai sungai menggunakan perahu dengan harapan ikan akan memakan nasi tersebut daripada tubuh sang penyair.

Seiring berjalannya waktu, gumpalan nasi tersebut menjadi makanan tradisional yang disebut bakcang dan aksi mendayung perahu tesebut menjadi festival perahu naga yang kini menjadi tradisi budaya yang diadakan setiap tahunnya. Festival ini dikabarkan bakal digelar Kembali di Sungai Cisadane, Kota Tangerang pada 21-25 Juni 2023.

Selain sejarah Festival Perahu Naga, terdapat pula beberapa kebiasaan yang biasanya dilakukan saat merayakan festival ini. Terdapat pula beberapa kebiasaan yang biasa dilakukan:

1. Balap Perahu Naga

https://www.facebook.com/TheDuckKingID/posts/-dragon-boat-festival-_______festival-peh-cunpachuanmendayung-perahuperlombaan-p/1991015304305550/
https://www.facebook.com/TheDuckKingID/posts/-dragon-boat-festival-_______festival-peh-cunpachuanmendayung-perahuperlombaan-p/1991015304305550/

Tentunya Festival Perahu Naga tidak lengkap jika tidak ada balap perahu naga. Kegiatan ini merupakan olahraga tradisional populer dan dilakukan masyarakat Tiongkok karena olahraga ini dipercaya untuk menghormati Qu Yuan. Konon katanya, orang-orang Chu akan mendayung perahu untuk menyelamatkan jasad Qu Yuan sembari menakuti ikan-ikan di sungai. Kegiatan ini melibatkan tim pendayung yang akan berpacu di perahu sempit yang dihiasi dengan kepala dan ekor naga. Setiap perahu akan terdiri dari 20 pendayung; seorang penabuh genderang untuk menginspirasi anggota tim  dengan berteriak dan menabuh genderang; dan seorang juru mudi yang akan mengemudikan perahu. Jarak balap biasanya 200--500 meter, dan kecepatan perahu bisa mencapai hingga 20 kilometer per jam. Pada hari festival, orang akan berduyun-duyun ke tepi sungai untuk menonton lomba perahu naga.

2. Makan Bakcang

https://www.kkday.com/zh-tw/product/125432
https://www.kkday.com/zh-tw/product/125432

Selain balap perahu naga, festival ini juga ditandai dengan kebiasaan unik lainnya, yaitu makan bakcang. Pada dasarnya bakcang adalah makanan tradisional untuk Festival Perahu Naga. Makanan ini terbuat dari beras ketan dengan isian seperti daging, kacang tanah, atau pasta kacang merah, lalu dibungkus dengan daun bambu. Daun bambu tersebut kemudian diikat dengan tali hingga membentuk segitiga. Makanan tradisional semacam ini juga ada hubungannya dengan Qu Yuan. Diperkirakan telah berevolusi dari bambu berisi nasi yang dibuat oleh orang-orang Chu untuk menjaga agar kehidupan bawah air tidak memakan Qu Yuan. Sebenarnya, bakcang telah ada jauh sebelum Qu Yuan lahir sebagai persembahan untuk memuja leluhur dan dewa Tionghoa. Orang-orang memuja Qu Yuan dengan bakcang sebagai cara untuk menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat mereka yang besar kepada penyair besar itu. Bakcang bisa direbus atau dikukus. Bahan isiannya bisa berbeda sesuai selera keluarga. Bakcang bisa manis atau gurih, dan rasa bakcang bervariasi tergantung daerahnya. Anda dapat mencoba bakcang di sebagian besar restoran dimsum.

3. Memberikan Kantong Parfum/Memberikan Benang Sutra Lima Warna

https://aishop3.pw/products.aspx?cname=chinese+perfume+pouch&cid=170
https://aishop3.pw/products.aspx?cname=chinese+perfume+pouch&cid=170

Kantung parfum adalah kantung kecil berisi herbal, seperti cinnabar, rosemary, lavender, mint, dan mawar, serta diikat dengan benang lima warna. Kantung ini biasanya dipakai di leher atau disimpan dalam saku. Adapun kantung ini diyakini memiliki efek menenangkan, mengusir serangga, dan melindungi dari penyakit. Mengenakan kantong parfum adalah salah satu kebiasaan penting untuk mengusir kejahatan dan nasib buruk. Banyak warna atau jenis kantong wangi tersedia di kios pasar dan pusat perbelanjaan di China. Mereka juga cocok dijadikan sebagai suvenir atau hadiah.

https://www.newton.com.tw/wiki/%E4%BA%94%E8%89%B2%E7%B5%B2%E7%B7%9A
https://www.newton.com.tw/wiki/%E4%BA%94%E8%89%B2%E7%B5%B2%E7%B7%9A

Meskipun begitu, di beberapa daerah di Tiongkok, pada hari Festival Perahu Naga, orang tua akan mengepang benang sutra lima warna dan mengenakannya di pergelangan tangan anak-anak mereka. Warna yang terdiri dari hijau, merah, putih, hitam, dan kuning --- adalah warna keberuntungan di Tiongkok kuno. Orang-orang percaya bahwa ini akan membantu menjauhkan roh jahat dan penyakit.

4. Menggantung Daun Mugwort dan Calamus

https://www.chinadaily.com.cn/a/201906/07/WS5cf99af2a31017657722ff1b_5.html
https://www.chinadaily.com.cn/a/201906/07/WS5cf99af2a31017657722ff1b_5.html

Berdasarkan keyakinan Tiongkok kuno, mereka menganggap bulan lunar kelima sebagai bulan yang tidak menyenangkan dan hari yang paling tidak menyenangkan sepanjang tahun. Dikenal juga sebagai "bulan racun" karena cuacanya yang hangat menjadikan tempat berkembang biak bagi makhluk beracun seperti kelabang, kalajengking, ular, kodok, dan laba-laba. Akibatnya, orang Tionghoa kuno meletakkan apsintus dan calamus di pintu dan memakai kantong parfum pada hari ini untuk mengusir roh jahat.

Entah sejarah dari Festival Perahu Naga nyata atau tidak, penulis merasa bahwa ini adalah kekayaan budaya yang menunjukkan keindahan dan kekayaan warisan Tionghoa yang berakar pada sejarah dan penuh dengan simbolisme yang berawal dari apresiasi masyarakat pada leluhurnya. Tidak hanya itu, penulis juga merasa bahwa festival ini juga salah satu acara budaya yang menampilkan kedalaman warisan Tiongkok yang semoga saja dapat membangkitkan rasa persatuan, tradisi, dan semangat komunitas. Meskipun begitu, penulis juga ingin mengungkapkan bahwa tidak semua tradisi diatas pernah dilakukan oleh keluarga penulis yang mungkin terjadi karena pergeseran budaya. Semoga perayaan ini dapat menjadi tradisi budaya yang berlangsung hingga tahun-tahun berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun