Menjelang pilkada, hawa politik panas di mana-mana. Itu hal yang wajar. Segala keburukan peserta-peserta pilkada seakan-akan dibangkitkan dari kubur. Masa lalunya ditelusuri. Perilaku lamanya dibongkar. Kesalahannya dicari-cari.
Hal itu sah-sah saja apabila masih berada dalam ruang yang wajar, dengan kata lain jika yang diungkap itu fakta atau hal yang benar-benar terjadi. Akan tetapi, jika memburuk-burukkan peserta pilkada dilakukan dengan fitnah, itu bukan hal wajar dan tidak dibenarkan.
Demokrasi membolehkan kritik, tetapi tidak mengizinkan fitnah.Baru-baru ini calon Gubernur Sumatra Barat (Sumbar), Nasrul Abit, difitnah. Ia diisukan sebagai keturunan PKI.
Ayahnya, Abit, disebut sebagai orang Cina Sarolangun dan terlibat PKI golongan B. Fitnah itu ditayangkan oleh Akurat.co pada 9 Oktober 2020. Tak lama setelah itu, Tim Pemenangan Nasrul Abit-Indra Catri membantah berita tersebut dan mengirimkan hak jawab.Â
Mereka mengatakan bahwa tulisan yang terbit di Akurat.co itu sebagai fitnah karena tidak benar bahwa  ayah Nasrul Abit merupakan orang beretnis Minang yang tinggal di Air Haji, Pesisir Selatan (bukan orang beretnis Cina di Sarolangun, Jambi), dan tidak pernah terlibat PKI.Â
Pimpinan Umum Akurat.co, Afriadi, lalu meminta maaf atas kesalahan awak redaksinya dan menghapus berita tersebut. Ia juga memuat hak jawab Tim Pemenangan Nasrul Abit-Indra Catri. Sementara itu, Nasrul Abit, meskipun difitnah, memaafkan pemfitnahnya itu dan mendoakan semoga Tuhan mengampuninya. Â
Kasus ini menarik karena dua hal. Pertama, setelah tulisan fitnah itu terbit di Akurat.co, akun Facebook bernama Peduli Sumbar langsung membagikan berita tersebut, baik tautan, tangkapan layar (screenshot), maupun isi berita. Unggahan itu lalu diamplifikasi (disebarluaskan) oleh sejumlah akun anonim.
Akun Peduli Sumbar dan sejumlah akun anonim yang membagikan berita itu diduga buzer politik salah satu peserta Pilkada Sumbar. Identitas mereka belum terungkap hingga kini. Dari hal itu dapat dicurigai bahwa fitnah bahwa Nasrul Abit keturunan PKI merupakan isu yang diciptakan oleh lawan politiknya pada Pilkada Sumbar kali ini.Â
Kedua, tidak mungkin penulis tulisan fitnah di Akurat.co itu menciptakan sendiri fitnah tersebut karena dia bukan warga Sumbar dan di Sumbar tidak pernah ada isu bahwa Nasrul Abit keturunan PKI. Penulis tulisan fitnah di Akurat.co itu bernama Ridwansyah Rakhman. Jabatannya Redaktur Pelaksana. Dalam tulisan itu ia tidak menyebutkan narasumber tulisannya.Â
Sementara itu, isu itu bukanlah isu yang beredar di tengah masyarakat karena tak pernah ada isu yang beredar di tengah masyarakat Sumbar yang menuduh bahwa Nasrul Abit keturunan PKI. Artinya, penulis itu menciptakan isu sendiri.
Pertanyaannya, ada kepentingan apa seorang wartawan bernama Ridwansyah Rakhman, yang tinggal di Jakarta, membuat fitnah tentang Nasrul Abit? Dalam konteks apa timbul di kepalanya ada fitnah itu?Â
Oleh sebab itu, patut diduga bahwa ia tidak menulis berita tersebut, tetapi hanya menerbitkannya. Berkemungkinan besar ia menerima kiriman tulisan dari orang dari Sumbar atau orang yang punya kepentingan politik dengan Sumbar, lalu ia menerbitkannya di Akurat.co. Tentu saja tidak mungkin Ridwansyah Rakhman mau menerbitkan tulisan fitnah, yang tak jelas sumbernya, itu jika tidak mendapatkan bayaran yang tinggi.
Layak dicurigai bahwa ia menerima bayaran besar asalkan mau menerbitkan tulisan itu di Akurat.co karena ia mengorbankan namanya sebagai wartawan dan jabatannya sebagai Redaktur Pelaksana. Kabar terakhir dari Pimpinan Umum Akurat.co, Ridwansyah Rakhman dinonaktifkan dari jabatannya.
Jadi, fitnah terhadap Nasrul Abit tersebut merupakan narasi dari lawan politiknya pada Pilkada Sumbar 2020. Siapa pun yang memainkan fitnah tersebut akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dari Tuhan.
Jika itu benar lawan politiknya yang memainkan fitnah itu, semoga masyarakat berpaling darinya di TPS pada 9 Desember. **
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI