Mohon tunggu...
zainudin zen
zainudin zen Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senantiasa bersyukur atas semua yang ada

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bila Dahlan Menang Akankah Dinasti SBY Bakal Hilang

8 Januari 2014   19:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00 1567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dahlan pun sebenarnya sadar bahwa pilihannya untuk ikut maju sebagai peserta Konvensi Capres Partai Demokrat memiliki tantangan “ Demokrat jadi tantangan bagi saya. Jadi Presiden itu harus sulit. Mau jadi kades, bupati, dan gubernur saja sulit, masak mau jadi Presiden maunya gampangan. Itu tidak adil,” ujar Dahlan. Bila dianggap sebagai sebuah tantangan tentu suatu saat ada yang harus dikerjakan untuk pembenahan.

"Pilihannya hanya dua. Demokrat dihancurkan atau Demokrat diperbaiki. Dan saya memilih diperbaiki, karena saya lihat masih bisa diperbaiki," kata Dahlan.

Dalam posisinya yang sekarang mustahil perbaikan itu dilakukan oleh Dahlan. Dahlan Iskan bukanlah pengurus Partai Demokrat, anggota pun bukan. Hanya sebatas peserta konvensi. Kelak bila lolos konvensi barulah Dahlan otomatis menjadi anggota partai. Begitu memang syarat dan ketentuannya. Sebuah syarat yang ditolak oleh Yusril Ihza Mahendra tetapi Dahlan siap menerimanya.

Kelak saat Dahlan menjadi pemenang konvensi kita akan melihat seberapa besar mesin partai akan all out berkampanye mendukungnya. Apakah Ibas, Ruhut, Bathoegana, dan juga peserta konvensi lainnya seperti Marzuki Ali, Hayono Isman, Pramono Edi dan tentu juga SBY ikhlas dan gigih menunjukkan dukungannya, atau malah melempem seperti ditunjukkan Golkar kepada Wiranto sebagai pemenang konvensi tahun 2004 lalu. Disini Dahlan tentu akan menilai dan berhitung secara cermat.

Catatan Dahlan mungkin sudah dimulai saat kisruh kenaikan elpiji awal tahun ini. Beberapa politikus PD memang dengan lantang menolak kebijakan Dahlan menaikkan harga epiji 12 kg. Meski sama sekali tak mempersoalkannya, penolakan Demokrat ibarat sebuah tamparan keras bagi Dahlan yang merupakan wakil pemerintah secara resmi dalam RUPS Pertamina.

Bila pada pemilu nanti segenap elit PD bisa mendukung Dahlan total, itu menunjukkan bahwa garis komando partai telah bekerja dengan sangat baik. Sekaligus juga menunjukkan bahwa Demokrat siap dan rela mempunyai Presiden baru yang bukan berasal dari elit partai mereka sendiri.

Dalam hal ini tentu Dahlan lebih memilih untuk berprasangka baik kepada SBY yang sudah menggaransi secara total soal netralitas dan dukungan penuh seluruh komponen partai kepada siapapun pemenang konvensi kelak.

Selama inipun dukungan dari arus bawah kepada Dahlan tidak mengecewakan kalau tidak bisa disebut luar biasa. Kunjungan Dahlan ke basis basis PD di Jember, Banyuwangi dan Sumsel menunjukkan hal itu. Jangan lupa pada pemilihan Presiden faktor figurlah yang lebih banyak menentukan dibanding partai dan elit pengurusnya.

Bila Dahlan Iskan berhasil terpilih menjadi presiden RI ke 7, mungkin kasusnya akan sama dengan Jusuf Kalla saat terpilih mendampingi SBY sebagai Wapres 2004 silam.Tidak lama menjabat sebagai Wapres, JK kemudian mampu memenangi persaingan menjadi Ketua Umum Golkar periode 2004 - 2009. Jusuf Kalla pun memiliki power dan legitimasi sangat kuat untuk membenahi dan mengarahkan Golkar agar mendukung program program pemerintah.

Bila Dahlan jadi Presiden, segenap elit PD pasti akan merapat kepadanya. Tanpa harus menjadi ketua umum seperti SBY atau JK, Dahlan akan punya power cukup tinggi untuk merombak dan memperbaiki Partai Demokrat. Menurut Dahlan, cara memperbaiki Partai Demokrat adalah dengan tidak tampil seperti yang ditampilkan partai selama ini. Tidak ada kader yang jadi pesakitan KPK, tidak ada kader yang seenaknya celometan mengumbar perang kata kata di media.

“Demokrat harus bisa menjadi partai moderen seperti yang diimpikan oleh SBY” kata Dahlan. Apakah langkah perbaikan Dahlan juga akan menyentuh gerbong keluarga Cikeas? Tentu kita akan bersama sama melihatnya nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun