Mohon tunggu...
zainudin zen
zainudin zen Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senantiasa bersyukur atas semua yang ada

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lubang BBM untuk Si Keledai Bodoh

20 November 2014   22:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:17 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada peribahasa tentang seekor keledai bodoh yang terperosok di lubang yang sama hingga berkali kali. Entah bagaimana ceritanya hingga muncul peribahasa itu. Si keledai mungkin tidak pernah berpikir bahwa dia atau nenek moyangnya dulu pernah begitu bodohnya sampai bisa terperosok berkali kali di lubang yang sama.

Si keledai mungkin juga bertanya kenapa dia yang dipakai sebagai kiasan, bukan si kerbau (dungu) atau si (otak) udang. Bukankah semua hewan tidak punya “otak”?.

Semua hewan di hutan rasa rasanya pasti punya pengalaman terperosok ke dalam sebuah lubang atau kubangan. Lubang yang menjerat keledai tentu beda dengan lubang yang menjerat gajah, kuda nil atau bahkan manusia. Seorang manusia pun bisa terperosok dalam lubang yang dia buat sendiri bila ia tidak hati hati.

Dengan akal yang dimilikinya manusia pasti berusaha menghindari lubang yang sama yang dulu pernah menjeratnya. Entahlah kalau ia tak lagi memakai otaknya, terus memelihara kebodohannya untuk jatuh dan berkubang dalam lubang yang sama hingga berkali kali. Seperti cerita BBM ( Bahan Bakar Minyak ) kali ini.

Cerita tentang BBM tiap tahun selalu berulang. Tiap tahun selalu ada kegaduhan terutama saat harganya dinaikkan. Entah berapa kali energi dan uang terbuang untuk membeli sekaligus mendemo BBM itu sendiri.

Bahan bakar minyak itu sudah seperti lubang yang menjerat dan memerosokkan bangsa ini berkali kali hingga rasanya akal bangsa ini seperti sudah mati. Tidak ada tindakan radikal dalam level nasional untuk lepas dari jerat BBM yang tiap tahun selalu menghantui. Apakah tidak ada anak bangsa yang cukup waras yang bertekad melepas ketergantungan terhadap bahan bakar fosil ini.

Bahwa energi itu amat vital, pasti!. Bahwa BBM itu penting, correct!. Tapi bahwa BBM tidak tergantikan, itu adalah pikiran bodoh dan mungkin pula sesat.

Sampai akhirnya muncul Dahlan Iskan, salah satu anak bangsa yang dengan akal sehatnya berusaha melawan ketergantungan BBM ini dengan merintis proyek mobil listrik nasional. Sederhana saja berpikirnya. Bensin dan solar untuk semua mobil, motor dan mesin pabrik itu bisa diganti dengan listrik yang sangat murah dan ramah lingkungan. Lantas kenapa bangsa ini terus larut dalam carut marut BBM yang tak berujung pangkal.

Apakah berpikir sesederhana itu sulit bagi bangsa ini. Apakah bangsa ini memang lebih suka jadi keledai bodoh dalam kubangan BBM yang tiap tahun selalu menjeratnya. Kenapa kita kemudian malah lebih suka menghujat dan mengecam Dahlan yang saat itu hampir mati saat uji coba prototype mobil listriknya. Menteri kok sukanya cari sensasi dan pencitraan kata media.

Akal sehat terkadang memang bisa tenggelam oleh hal hal sepele yang berbau gossip, cacian dan hujatan apalagi bila pelakunya seorang menteri negara.

Langkah yang ditempuh Dahlan memang tidak bisa dinikmati dalam satu atau dua tahun ke depan. Tapi pondasi mobil listrik yang ia tanamkan akan bisa dinikmati kelak oleh anak cucu kita kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun