Mohon tunggu...
zainudin zen
zainudin zen Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senantiasa bersyukur atas semua yang ada

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Saat Mega Mengajarkan “Ini Budi” kepada Jokowi

30 Januari 2015   17:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:06 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi memang kuat sekali mampu mengangkat karung pasir bersama TNI menambal tanggul kali, tapi apakah dia mampu menambal seluruh kebocoran tidak hanya kali saja,  tapi juga anggaran negara? Menutup lubang kali yang bocor cukuplah tugas para kuli, tapi menghentikan korupsi negara jelas diperlukan presiden yang berani, tegas, tidak mau diintervensi dan yang jelas punya nyali.

Itu yang tidak dimiliki Jokowi hingga Mega mudah mendiktenya dengan mengusulkan nama Budi Gunawan sebagai calon kapolri yang baru. Mega seolah mengajarkan kepada Jokowi tentang pelajaran dasar di sekolah dulu bahwa hanya ada nama Budi yang perlu untuk dibaca, diingat, dan dihafalkan. Bukan nama Joko, Bambang apalagi Tejo. Terserah itu bapaknya, ibunya, pakleknya, atau bahkan mbahnya sekalipun semuanya harus ada nama Budinya.

Bahkan bila si Budi ini sudah jadi tersangka sekalipun wajib hukumnya untuk tetap mengeja namanya dengan baik dan benar. Gambaran ini relevan mengingat begitu ngototnya Megawati dan koalisinya menekan Jokowi agar segera melantik Budi Gunawan.

Pelajaran inilah yang sekarang membuat Jokowi pusing tujuh keliling. Tepok jidat berkali-kali juga tidak akan hilang bila nama Budi Gunawan masih juga dalam genggaman Mega.

Presiden Jokowi bisa saja mengelak bahwa nama Komjen Budi bukan murni usulan darinya tapi bukankah sebagai presiden dia punya kekuasaan untuk menolaknya. Kalau tidak bisa menolak seorang tersangka jadi pejabat negara, lantas buat apa Jokowi tinggal di istana. Lebih cocok bila jadi boneka pajangan Mega di rumahnya. Menolak seorang tersangka cukuplah akal sehat yang bicara.

Dengan akal sehatnya Jokowi harusnya bisa melewati ini semua. Mau mengikuti tekanan Mega atau arus besar rakyat yang berdiri di belakang KPK. Kepatuhan Jokowi kepada Mega seharusnya tidak menghancurkan hati nuraninya hingga berani melantik seorang tersangka.

Yang jelas Presiden Jokowi pasti punya niat baik membangun negara ini. Cara dia blusukan, memikul karung pasir, masuk got, menyapa rakyatnya dengan senyum menunjukkan bahwa niat baik itu pasti ada meskipun  sebagai presiden seharusnya dia bisa melakukan lebih hebat dari itu semua. Indonesia hebat, presidennya pasti juga hebat.

Menarik nama Budi Gunawan adalah salah satu dari pekerjaan hebat itu. Menarik nama Budi Gunawan menunjukkan bahwa Jokowi bisa lulus ujian meski jabatan presiden taruhannya. Sekarang baru nama Budi yang diajarkan oleh Mega, kelak nama itu bisa berkembang dan bertambah menjadi blok Mahakam atau gas Tangguh jilid berikutnya. Apalagi bila Paloh juga ikut-ikutan nimbrung bicara.

Sebagai rakyat tentu kita hormat kepada Ibu Megawati sebagai mantan Presiden RI yang juga putri Soekarno. Tapi melihat apa yang dia ajarkan kepada Jokowi soal pergantian kapolri ini tentu masyarakat sepakat menolaknya. Menjadikan seorang tersangka sebagai pimpinan lembaga hukum sebuah negara mungkin hanya orang gila yang bisa memahaminya. Hukum mungkin membolehkannya tapi ada etika yang menjadikan kita sebagai manusia yang berbudaya.

Belum terlambat juga bagi Presiden untuk merenung kembali bahwa dia adalah pemimpin rakyat bukan pemimpin partai atau golongan. Rasa-rasanya tidak perlu diingatkan kepada Presiden bahwa sejak ia resmi dilantik sebagai kepala negara maka tanggallah baju partai dan golongannya.

Semoga Presiden Jokowi juga cepat belajar bahwa di samping pelajaran dasar membaca ”Ini Budi” itu, ada nama nama lain di dunia ini yang begitu indah. Nama-nama yang merupakan perwujudan dari nilai kejujuran, ketegasan, keikhlasan, dan berani bersikap secara mandiri.... Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun