Tanggal 21 April adalah hari yang ditunggu -- tunggu oleh sebagian besar kaum hawa di Indonesia. Dengan berbagai hingar -- bingar perayaan yang memikat perhatian, hari kartini menjadi momentum bagi kaum wanita untuk menyeruak ke permukaan untuk menunjukkan identitasnya. Busana kebaya nan indah dan elegan membungkus tubuh wanita tak ubahnya maha karya agung dari seniman kelas dunia. Dari anak -- anak, remaja, pekerja profesional,politisi, artis papan atas, sampai wanita lanjut usia seantero nusantara, menjadi bagian dalam suguhan artistik tentang keanggunan sebuah ciptaan Tuhan yang bernama perempuan.
Sedikit ironis memang, di tengah gegap gempita acara seremonial peringatan hari kartini, masih juga banyak kalangan perempuan di Indonesia yang belum mampu memahami nilai -- nilai suci yang terkandung dalam setiap gerak perjuangan Kartini. Mereka baru sebatas paham hanya pada tataran kulitnya saja, belum sampai pada kedalaman ajaran yang sangat luhur itu.Â
Ajaran yang berusaha membangkitkan kesadaran perempuan Indonesia tentang bagaimana diperlakukan sebagai sesama manusia. Tentang pergerakan yang harus dilakukan agar wanita Indonesia tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap hasrat kamu laki -- laki dalam kehidupan feodalisme. Goresan pena yang mencoba mengenalkan kepada dunia bahwa wanita Indonesia berhak untuk mendapatkan akses ke dalam sumber daya pengetahuan.
Tidak bisa dipungkiri hasil kerja keras Kartini selama hidupnya yang hanya diberi kesempatan selama seperempat abad, telah terlihat pada diri wanita Indonesia dewasa ini. Sekolah -- sekolah dari taman kanak -- kanak sampai jenjang universitas, keberadaan wanita bukan menjadi hal yang aneh atau tabu. Sektor pemerintahan banyak dihiasi oleh wanita profesional yang matang secara intelektual (Sri Mulyani, Retno Marsudi).Â
Dunia bisnis, dunia yang penuh dengan kompetisi dan persaingan yang mengandalkan kejelian dalam menangkap peluang mengalami pertumbuhan yang mencengangkan sedikit banyak berkat sentuhan dingin kaum perempuan (Martha Tilaar, Niluh Djelantik. Wanita Indonesia telah menjelma menjadi tulang punggung kemajuan Bangsa Indonesia di era modern ini.
Akan tetapi, tidak bisa diabaikan begitu saja tentang kondisi kaum perempuan di Indonesia di wilayah akar rumput. Â Kaum perempuan yang masih belum tersentuh oleh sinar ilmu pengetahuan, belum mendapatkan bagian kue pembangunan, belum terjangkau perlindungan terhadap harkat martabatnya sebagai perempuan.Â
Mereka adalah kaum pinggiran yang menggantungkan hidupnya sebagai pemuas birahi kaum laki -- laki hidung belang, mereka adalah perempuan yang masa depannya hanya berhenti dalam pengurusan rumah tangga dan sektor domestik lainnya, mereka adalah kaum perempuan yang menderita trauma berkepanjangan, akibat pelecehan seksual yang menimpanya.Â
Dalam konteks lain yang menunjukkan betapa wanita indonesia sekarang masih dipandang sebelah mata adalah munculnya profesi sales promotion girl (SPG) dalam setiap pameran sebuah produk. Tak ubahnya sebagai etalase yang hanya berfungi sebagai pajangan, para SPG hadir dengan penampilan yang menggoda, lekuk tubuh dalam balutan pakaian mini yang terlihat bahenol, Â rayuan kata -- kata manis selembut susu, seulas senyum yang meluluhkan hati. Jati diri wanita hanya dijadikan sebagai startegi pemasaran yang memang terbukti ampuh dalam memikat mata para pembeli, terutama kaum pria yang sedang merindukan belaian kasih sayang.
Munculnya profesi baru dalam jagat media maya yang mendatangkan keuntungan besar dalam waktu singkat adalah pekerjaan seorang youtuber . Dan disini ada beberapa konten yang melibatkan peran wanita, yang dapat membantu menambah penghasilan para youtuber tersebut dalam bentuk peningkatan jumlah viewers . Â Salah satunya adalah konten yang biasa disebut sebagai "prank" atau terjemahan bebasnya adalah "perbuatan jahil". Dalam konteks ini yang dimaksud adalah "Gold Digger Prank" yang berisikan tentang tayangan yang meperlihatkan bagaimana seorang wanita dengan mudahnya tertarik apabila ada seorang laki -- laki kaya yang mendekatinya.Â
Sedangkan pada saat laki -- laki yang "kere" Â mendekat, wanita tersebut bersifat acuh tak acuh atau dalam bahasa sederhananya wanita tersebut adalah " cewe matre". Yang mana akhir -- akhir ini salah satu youtuber papan atas Indonesia dengan sukses berkat konten tersebut berhasil menarik viewers sebanyak 5 juta orang. Dalam tayangan tersebut jelas terlihat bagaimana wanita hanya dijadikan sebagai "kelinci percobaan" tentang sejauh mana wanita yang dapat dikategorikan sebagai wanita baik apabila wanita tersebut tidak "mata duitan". Sebuah alasan yang subjektif yang dibuat oleh kaum pria yang apabila dihadapkan pada sebuah kebutuhan wanita untuk tetap bisa tampil anggun maka alasan yang masuk akal apabila wanita menginginkan pendamping hidup yang memiliki kemampuan finansial yang memadai.
 Baru -- baru ini yang sedang viral yang telah menghebohkan warganet adalah tersebarnya sebuah video yang menampilkan adegan tarian erotis yang dilakukan oleh sejumlah wanita dalam suatu acara perkumpulan komunitas motor di Pantai Kartini Jepara. Kecaman keras pun dilayangkan dari penduduk sekitar yang menyayangkan adegan tersebut lantaran adegan tersebut dilakukan di objek wisata umum yang dihadiri oleh anak -- anak dibawah umur dan yang paling memilukan lagi "tempat kejadian perkara" tersebut adalah di Kabupaten Jepara yang notabene sebagai tempat lahir, masa kecil dan ladang perjuangan seorang Kartini. Lagi -- lagi sebuah realitas yang semakin menegaskan tentang stigma yang melekat terhadap diri wanita sebagai alat penghibur yang pantas dijadikan sebagai objek eksploitasi.
Menjadi suatu keniscayaan apabila sebuah nilai perjuangan membutuhkan proses untuk dapat diaplikasikan secara nyata. Juga menjadi keharusan apabila esensi perjuangan itu membutuhkan generasi penerus yang mampu memegang teguh ajaran perjuangan tersebut. Maka disini dapat disimpulkan bahwa perjuangan seorang Kartini belum selesai. Hal itu tidak dimaknai agar kita mengharap kepada Tuhan untuk menghidupkan kembali sosok Kartini di dunia fana ini . Akan tetapi Kartini -- Kartini jaman sekarang  yang bertanggung jawab untuk membumikan nilai tersebut.Â
Sosok Kartini modern yang telah berubah bentuk menjadi seorang wanita karir, guru, pengusaha, aktivis kemanusiaan, politisi, ibu rumah tangga dan seluruh wanita Indonesia yang telah merasakan udara  kebebasan sebagai seorang wanita yang telah lepas dari dominasi budaya patriarki. Sosok Kartini  yang sadar akan jati diri kewanitaannya untuk kemudian mampu menebarkan pesan -- pesan keadilan dan kesetaraan bagi peningkatan derajat wanita Indonesia untuk selamanya.
Sungguh betapa mulia sekali perjuangan yang telah engkau lakukan bagi kemerdekaan kaum wanita di Indonesia. Kartini tanpamu, wanita di Indonesia tidak akan pernah mengecap manisnya pendidikan, tidak akan mampu menduduki posisi puncak dalam struktur masyarakat, perusahaan dan pemerintahan. Kartini tanpamu wanita Indonesia masih berkubang dalam lumpur kebodohan dan kehinaan.Â
Semoga engkau di Alam Sana tetap berada dalam kasih sayang dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Wahai Ibu Kartini, doakan kami agar selalu mengikuti gerak nadi perjuanganmu."Pergilah. Laksanakan cita-citamu. Kerjalah untuk hari depan.Â
"Kerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham yang palsu tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Pergi. Pergilah. Berjuanglah dan menderitalah, tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi" [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H