Mohon tunggu...
JOKOWI FOR PRESIDENT
JOKOWI FOR PRESIDENT Mohon Tunggu... profesional -

Coblos PDI Perjuangan No. 4, Jokowi Presiden.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Analisis Media : Mengunci Efek Jokowi

11 April 2014   05:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

2.    KOMPAS, Indonesia
Pengamat politik dari Polmark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah, menilai PDI-P terlalu menganggap enteng pertarungan politik dalam Pileg 2014. Kemenangan itu, kata Eep, harus dijemput.

Mantan pengajar di Universitas Indonesia ini menyebut PDI-P unggul dalam Pileg 2014 karena kompetitornya kerap melakukan kesalahan. "PDI-P seperti pemain bulu tangkis, dapat banyak poin bukan karena smash-nya yang menukik tajam, serangan yang mengejutkan, melainkan karena lawan mereka banyak yang permainannya menyangkut di net atau out," ujar Eep.

Untuk menghadapi kecilnya efek Jokowi ini, menurut Eep, PDI-P perlu introspeksi diri. Harus ada introspeksi serius mengapa PDI-P tidak disukai seperti halnya Jokowi. "Kalau yang membuat para pemilih tidak suka pada PDI-P melekat juga pada Jokowi, daya tolak orang akan tinggi. Harus ada introspeksi," tutur Eep.
"Saya lihat, faktor lainnya, PDI-P terlambat memastikan Jokowi sebagai calon presiden," kata Koordinator Forum Masyarakat Perduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang, dalam acara bincang-bincang di Kompas TV, Kamis (9/4/2014).

3.    JAWA POS, Indonesia

Menurut pengamat komunikasi politik Heri Budianto, dampak pencapresan Jokowi atau yang dikenal dengan istilah Jokowi effect tidak signifikan karena minimnya sosialisasi. Dosen di Universitas Mercu Buana itu mengatakan, anda saja sosialisasi pencapresan Jokowi lebih massif maka Jokowi effect bisa melambungkan perolehan suara PDIP di pileg bisa tembus 30 persen.

“Tetapi memang sosialisasinya tidak maksimal sehingga efek Jokowi tidak terlalu menaikkan suara partai secara signifikan. Lihat saja iklan-iklan PDI Perjuangan, justru bukan figur Jokowi yang dijual," katanya saat dihubungi, Rabu (9/4) malam.

Heri menambahkan, sebenarnya Jokowi punya daya tarik untuk memperkuat dukungan ke PDIP. Heri lantas mencontohkan partai selain PDIP yang massif menjual figur untuk menggaet dukungan publik. Misalnya Gerindra dengan fugur Prabowo Subianto, atau PKB yang aktif mengusung nama Jusuf Kalla, Rhoma Irama dan Mahfud MD.

Tapi, lagi-lagi Heri mengatakan, PDIP justru tidak memanfaatkan Jokowi melalui komunikasi politik yang baik. Padahal, lanjut Heri, Jokowi bisa dimanfaatkan untuk menggaet massa mengambang. “Ini kegagalan komunikasi politik PDI Perjuangan yang tak pandai merespon harapan publik," ulas pria yang memimpin lembaga PolComm Institute itu.

4.    TODAY ONLINE, Singapura

Para pengamat menyalahkan terkuncinya efek Jokowi pada internal  PDIP yang kurang cekatan untuk mengkapitalisasi popularitas Jokowi  dalam kampanyenya.

“Efek Jokowi tidak muncul karena sepertiga pemilih tidak menyadari bahwa Jokowi sudah resmi menjadi kandidat presiden PDIP, “ jelas Burhanuddin Muhtadi  dari  Indikator Politik Indonesia dalam wawancara televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun