Mungkin kalimat itu berdaya magis. Di lain kunjungan, Ari bercerita tentang prestasinya. Dia mendapat kesempatan memimpin sebuah proyek, bahkan selalu terpilih untuk belajar kepusat. Rupanya dia tidak membiarkan dirinya terjebak dalam stereotype PNS, tergerus oleh ‘kebiasaan PNS’. Dia tidak mengerdilkan potensi above levelnya untuk menjadi PNS biasa-biasa-saja.
Rahasianya hanya satu. Dia tidak merubah orang-orang. Dia hanya menjadikan dirinya seperti bintang utara bersinar terang di malam hari yang setia pada nilai-nilai baik yang dipegang, lalu membiarkan orang-orang melihat ‘kecemerlangan dia’ lewat kedisiplinan, kecakapan kerja, dan sikap professional. Dan pilihan sikap itulah yang menjadikan dia lebih pantas daripada pegawai lain.
Jika kepantasan adalah alasan yang membuat kita menerima ‘semua kenyamanan itu’, seharusnya tidak perlu ada rasa malu menghantam nurani. Ah, bukankah begitu ?
Tyta tersenyum. Tak semua PNS payah..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H