Remaja itu tampak berpikir keras. Ambil tidak ? Beli gak ya ?
Setelah capek tawar sana sini, akhirnya pengunjung tadi berkata kepada salah seorang pemilik kios. “Ok, aku beli kebenaran dari kiosmu. Awas kalo palsu.”
Pemilik kios tersebutpun tertawa kegirangan. Akhirnya jualan dia laku hari itu. Laris manis.
Pemilik kios kebenaran lain yang dagangannya sepi mulai melancarkan ejekan. Dari mulut hingga adu fisik memakai senjata tajam.
Merpati dan Elang yang menyaksikan kejadian itu menggelengkan kepala. Di Endcyclepedia bangsa burung, dijelaskan manusia beragama itu agar hidup tidak kacau. Tapi lihatlah apa yang terjadi. Manusia sendiri yang menyulut api kekacauan.
“Sst…itu siapa, Elang ?” tanya Merpati.
Dia menunjuk kepada sesosok pria yang memakai jas tuxedo, klimis, berwajah tampan dan bodi atletis didampingi wanita sexy berbodi bahenol sedang tertawa centil.
Elang segera memberi kode kepada Merpati untuk menyetel tombol jaket jadi ‘hilang’ agar keberadaan mereka tidak terlihat.
“Itu adalah Setan. Hati-hati dengan mereka, Merpati. Daya tarik mereka begitu kuat. Mereka bisa menyedotmu ke kegelapan tanpa dasar. Sekali terjebak, sulit untuk keluar. Mereka sangat lihai menutup mata hati dan mengacaukan pikiran. Lihat saja, mereka bisa bebas berkeliaran dipasar agama tanpa sepengetahuan manusia,“jelas Elang setengah berbisik sambil waspada. Soalnya jarak mereka cukup dekat dengan si setan.
“Sayang, apa yang kamu temukan ?”tanya setan wanita kepada setan pria bergelayut manja.
“Segenggam kebenaran,”jawab setan pria