Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Ada Ruginya Bersambung Rasa dengan Pekerja di Lingkungan Rumah

16 September 2023   05:51 Diperbarui: 17 September 2023   18:35 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya tidaklah disampaikan secara ngasal, alias asal nyinyir jika tak sesuai harapan, apalagi terkesan arogan, sehingga sebagai pihak yang membayar seolah menganut istilah "pembeli adalah raja."

Hal demikian boleh saja, di era yang cenderung semakin sekuler seperti sekarang, seringkali orang melalaikan etika, mentang-mentang bisa membayar/membeli, lantas arogan bak raja di zaman beheula (yang selalu merasa paling benar, menangan sendiri).

"Pembeli adalah raja" sesungguhnya mengandung arti positif bilamana dimaknai bahwa pelayanan (sesuai harapan/kepuasan pembeli) perlu diutamakan. Saya pun sepakat dengan makna ini, tetapi kalau saya pribadi ingin menjadi pembeli atau raja yang bijak, alias tidak sewenang-wenang, apalagi terkesan semau gue.

Nah, kembali pada persoalan berkomunikasi dengan para pekerja di rumahan tersebut memang nampak sepele, bahkan ada beberapa kalangan sering menganggap tak penting sehingga kerap diremehkan.

Pada hal penyampaian pesan untuk mengutarakan maksud sekaligus sebagai langkah pengawasan dan evaluasi ini penting agar terbangun kerangka pikir serta kehendak yang sama dalam rangka menyelesaikan pekerjaan yang sedang dilakukan.

Barang tentu seperti telah diungkap bahwa bongkar pasang bagian bangunan agar tampak lebih artistik merupakan "seni merevisi bentuk bangunan" bisa saja terjadi. Misalnya salah ukuran, keliru dalam tata letak seiring perencanaan dinamis yang suatu ketika dapat berubah sambil berjalan, menyesuaikan sikon, pastinya ini dapat dibilang wajar saja tanpa harus menuding kesalahan pekerja.

Melalui pendekatan persuasif dan berbincang secara manusiawi kepada pekerja, maka segala kekeliruan dapat diatasi tanpa harus ada yang merasa direndahkan. Cara demikian layak dilakukan sehingga motivasi dan semangat kerja yang sudah tertanam sejak awal jangan sampai mengendur.

Perlunya berbincang empatik, juga mempertimbangkan bahwa apapun komunikasi yang dilakukan -- tentunya akan selalu berdampak. Bisa berdampak secara fisik maupun berdampak psikhis atau psikologis.

Itu sebabnya dalam melancarkan komunikasi antarmanusia, termasuk dengan para pekerja di lingkungan rumah - betapa perlunya memahami aspek psikologi yang melingkupinya. 

Psikologi komunikasi di sini menjadi penting dipahami karena dalam interaksi antara manusia satu dengan lainnya, terutama pada diri komunikan yang memiliki karakteristik beragam, dan dipengaruhi faktor internal maupun eksternal sehingga akan turut membentuk sikap/perilaku ketika melangsungkan komunikasinya.

Dalam praktik di lapangan, komunikasi itu sendiri sesungguhnya merupakan proses peristiwa psikologis (aspek mental) yang tak terlepas dari masing-masing orang yang berinteraksi manakala membincang ide/gagasan pendapat/opini, pemikiran, sekaligus melibatkan perasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun