Memang bisa dipahami bahwa para member kompasiana yang jumlahnya kian hari  terus bertambah hingga ratusan ribu (di samping ada pula yang droup out atau juga pasif) merupakan jumlah yang relatif besar untuk ukuran sebuah lembaga komunikasi berbasis warga di negeri ini.
Tayangan-tayangan artikel berupa karya fiksi dan nonfiksi yang saban hari menghiasi ruang publik virtual ini telah pula menunjukkan bahwa keragaman info dapat ditemui.
Sisi positif atas keberagaman yang selanjutnya mengundang interaksi sosial tanpa sekat-sekat misalnya status yang disandang kompasianer, tanpa ada yang merasa superior telah pula menjadikan medium ini sebagai kancah bertumbuhnya kolaborasi sesama kompasianer, saling berbagi dan berinteraksi melalui sumbangsih karya tulis yang menjadikan suasana dinamis.
Saling asah, asih dan asuh yang selanjutnya menjadi kebiasaan dalam berkompasiana menunjukkan bahwa karakter demikian merupakan bagian dari kultur yang ditemui di Kompasiana.
Hal demikian dapat dibilang telah menjadikan suatu budaya bahkan layak untuk terus ditumbuh-kembangkan hingga kemudian hari.
Pada lingkup lebih luas, saya sebagai kompasianer ikut merasakan dalam bingkai  kebhinnekaan yang setiap saat bisa ngangsu kaweruh (menimba pengetahuan) kepada para senior-senior dan maestro atau mereka yang lebih mumpuni sehingga pembelajaran nonformal di kancah medium virtual ini dapat dipetik faedah sebagai penunjang kehidupan. Â
Saling asah, asih dan asuh sebenarnya sudah tidak asing lagi dalam keseharian di mana kita berada. Bukan tidak mungkin bilamana kebiasaan demikian tetap berlangsung maka gotong royong sebagai bagian dari karakter kebangsaan semakin kokoh terbangun.
Di kancah jurnalistik, kolaborasi para kompasianer ini sesungguhnya banyak ditemui. Meminjam konsep hybrid journalism yang berkembang belakangan ini, di antaranya beberapa tulisan/artikel para kompasianer ternyata juga ditayangkan oleh media lain, sering pula ditayangkan di Kompas.com, bahkan ada yang menjadikan referensi suatu karya tulis di kalangan umum.
Hal ini menandakan bahwa beberapa produk kompasianer (jurnalis warga) juga dibutuhkan untuk melengkapi pemberitaan maupun karya-karya tulis lainnya.
Kehadiran jurnalis warga (termasuk kompasianer) barang tentu tak bisa dipandang sebelah mata, terutama tulisan-tulisan yang belum pernah dipublikasian media lain, Â menyangkut kepentingan umum, critical thinking dan problem solving, berperspektif baru, tanpa meninggalkan data dan fakta, etika serta estetika -- sehingga kolaborasi terbangun dengan semua pihak yang berkepentingan.
Dalam lingkup internal sendiri, kolaborasi berlangsung hampir setiap saat ketika kita berkompasiana, saling berbagi dan berinteraksi sesungguhnya juga merupakan bagian dari hybrid journalism.