Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sisi Lain dalam Menyikapi Kenaikan Harga BBM

16 September 2022   22:11 Diperbarui: 17 September 2022   03:00 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas melayani pembeli Pertalite di SPBU Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (24/7/2015) (KRISTIANTO PURNOMO)

Banyak hal atau pilihan yang layak dilakukan, di antaranya menggunakan kendaraan bermotor (mobil) atau aktivitas yang berkait dengan BBM bersubsidi seperlunya saja atau sesuai kepentingan pokok/utama.

Mengingat setiap saat/belakangan ini jumlah kepemilikan kendaraan bermotor trennya terus meningkat, tanpa ada pembatasan, transportasi umum belum merata/belum menjangkau semua daerah, energi baru terbarukan (EBT) belum menyentuh aktivitas khalayak luas -- maka kebutuhan BBM pun ikutan meningkat sehingga anggaran subsidi dan kompensasi BBM lewat APBN semakin membengkak.

Di antara berbagai langkah pilihan yang sepatutnya/sepantasnya dalam menghadapi realitas demikian, salah satunya adalah betapa perlunya kita tanggap terhadap situasi untuk  membangun kebersamaan dalam bingkai persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa.

Hal demikian dapat diterapkan bilamana mereka, terutama yang termasuk kalangan berpunya termasuk orang kaya baru (OKB), yang memiliki mobil pribadi serta memiliki sarana transportasi berlebih - seyogianya berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

Dalam perspektif komunikasi, hal ini sering disebut komunikasi intrapersonal, yaitu belajar berintrospeksi, dengan rendah hati, evaluasi diri sekaligus melakukan self censorship, self awareness, membatasi diri manakala hendak menggunakan sarana transportasi yang memerlukan BBM dalam jumlah relatif lebih banyak.

Betapa perlunya komunikasi intrapersonal di sini bukanlah suatu hal yang dipaksakan, bukan pula kewajiban apalagi disertakan sanksi, melainkan tumbuh dari lubuk hati masing-masing (dalam istilah Jawa = ngrumangsani) untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi supaya merata bisa dinikmati mereka yang tergolong "kurang mampu" atau rakyat miskin yang juga memerlukan BBM subsidi untuk menunjang aktivitasnya.

Melalui komunikasi intrapersonal yang sifatnya hanya sebatas anjuran inilah diharapkan berlangsung komunikasi dari hati ke hati, ikut merasakan beban "wong cilik" dan secara tidak langsung akan ikut memberdayakan mereka agar aktivitas maupun dalam menjalankan usahanya jangan sampai terpuruk.

Demikian sisi lain yang bisa penulis sampaikan dalam artikel opini dan ikut serta sekilas menyoroti dampak atas kenaikan harga BBM belakangan ini.

Salam kebersamaan menyongsong akhir pekan, kawan.

JM (16-9-2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun