Menikmati artikel opini, terutama yang berkaitan persoalan yang sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat, isinya mengetengahkan perspektif baru, ditulis oleh mereka yang memiliki kompetensi di bidangnya, lebih menjadikan gairah tersendiri untuk menyimaknya.
Di sinilah saya menyukai artikel opini, karena melalui opini ringan dapat pula diketahui aspirasi masyarakat yang terus berkembang. Opini yang dipublikasikan melalui media, termasuk di Kompasiana setidaknya bisa memberi masukan atau melengkapi kebijakan publik yang akan atau telah dilakukan pemerintah.
Artikel opini di Kompasiana yang rerata disampaikan melalui gaya penulisan yang familier, tidak kaku, sebagaimana budaya komunikasi antarwarga, sering juga diselingi bahasa gaul, lebih menjadikan kedekatan jiwa antara penulis dengan khalayak pembaca.
Terlebih jika dalam sebuah artikel disusul terjadi interaksi di kolom komentar yang relevan dengan topik/substansi masalah yang dibahas - Â menjadikan suasana semakin hidup, terjadi transfer of knowledge dalam suasana kekeluargaan, egaliter, dinamis yang pada gilirannya ikut mendorong perubahan sosial di negeri ini.
Itulah kenapa saya hingga kini masih betah "menggauli" Kompasiana sebagai alternatif bermedia, mudah membangun konektivitas, berbagi info, berinteraksi sesama Kompasianer sebagai anak bangsa.
Namun demikian, setiap orang pastinya memiliki cara pandang berbeda dalam menilai atau menyikapi keberadaan Kompasiana. Semuanya sangat bergantung pada konsep yang ada dalam benak masing-masing sehingga konsep itulah yang akan membimbingnya manakala seseorang memanfaatkan Kompasiana.
Demikian sekadar berbagi pemahaman sekaligus menjawab kalau ada pertanyaan mengapa saya masih suka bergaul di medium ini. Selamat berakhir pekan, kawan. Â
JM (26-3-2022).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H