Nah kembali mengingat perjalanan waktu yang terus berubah dan dinamika sosial terus berkembang, masyarakat tentunya sudah semakin selektif dalam bermedia.
Ditambah lagi literasi media semakin tumbuh di berbagai lembaga pendidikan formal sehingga anak didik diharapkan semakin melek bermedia. Walaupun demikian pendidikan informal (di rumah) dan pendidikan di luar kelas masih perlu dilanjutkan, mengingat perkembangan jiwa anak yang masih labil.
Demikian halnya para penggerak ID-Kita Kompasiana yang telah ikut berpartisipasi memberdayakan para murid sekolah selama dua tahun (2012 s/d 2013) intensitasnya semakin surut bersamaan sejumlah anggotanya yang melanjutkan jenjang studi di luar negeri, sebagian mengalami gangguan kesehatan, dan selebihnya kembali bergiat atau menekuni pekerjaan masing-masing.
Sungguh merupakan kepuasan tersendiri manakala kita punya kemauan berbagi dan melakoni kegiatan bersama rekan-rekan yang memiliki kesamaan kerangka pikir, kesamaan jiwa dan secara ikhlas tergugah untuk meluangkan waktu tanpa tendensi kecuali hanya membantu secercah pencerahan terhadap generasi penerus bangsa.
Jiwa sukarelawan (volunteer), gotong royong, persatuan dan kesatuan sesungguhnya sudah menjadi landasan pijak dalam mewarnai kehidupan bangsa kita secara turun temurun.
Budaya yang tak banyak dimiliki bangsa lain ini merupakan asset sekaligus modal sosial (social capital) yang masih layak ditumbuh-kembangkan.
Melalui modal sosial ini sesungguhnya kita bisa mengoptimalkan sumberdaya yang ada, memilih dan melakukan kegiatan yang dapat memberi nilai tambah terhadap masyarakat di sekitaran di mana kita berada. Dan bilamana ini serius dilakukan, pada gilirannya akan membuahkan suatu kehidupan yang efisien dan produktif.
Persoalan yang masih tersisa saat ini, akankah nilai-nilai budaya yang mewarnai kehidupan bangsa kita tersebut akan bertahan di tengah gempuran arus globalisasi dengan seperangkat nilai yang dibawa, yaitu ditandai era pasar bebas (baca: liberalisasi) yang cenderung menggiring manusia semakin konsumtif, individualistis, serta kesenjangan sosial yang semakin melebar?
Mengimplementasikan modal sosial untuk memberdayakan masyarakat memang tidak cukup hanya mengandalkan manusia-manusia elit atau kalangan profesional yang notabene memiliki kapasitas kemampuan teknis maupun intelektual tinggi.
Semuanya itu masih perlu dilengkapi dengan nilai-nilai etis dan moral sehingga integritas bermasyarakat, berbangsa, bernegara menjadikan bagian tak terpisahkan.
Barang tentu integritas dalam tulisan ini, tak cukup hanya sebatas diwacanakan, dibincangkan, apalagi hanya ditayangkan dalam artikel-artikel dengan maksud dan tujuan tertentu.