Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Takut "Jatuh Bangun" dalam Dunia Kepenulisan

3 Mei 2018   16:34 Diperbarui: 3 Mei 2018   16:43 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia tulis menulis memang sebuah pilihan. Terutama bagi mereka yang berhasrat mengekspresikan suatu ide atau gagasan, pendapat/opini, termasuk dalam hal ini berupa pemikiran atau menuangkan perasaan. Baik karya tulis berupa fiksi atau non-fiksi, semua itu sesungguhnya merupakan proses kreativitas personal, proses produktif yang dilakukan seseorang sehingga akan memberi/menambah wawasan atau pengetahuan bagi pembacanya.

Sangat mungkin giat menulis ini dilakukan, entah untuk dikonsumsi sendiri (diary) bahkan tidak sedikit yang disampaikan untuk dikonsumsi orang lain, bisa disajikan melalui media. Karya tulis yang berhasil dipublikasikan tersebut barang tentu merupakan bukti bahwa lingkup jangkauannya lebih luas. Berarti pula ide/gagasan atau pemikiran yang telah diekspresikan akan mendapat sambutan (baca: tanggapan) khalayak dari berbagai tempat.

Nah, masalah tanggapan khalayak ini seringkali menjadikan "beban" atau terjangkit "rasa ketakutan" bagi para penulis terutama mereka yang masih pemula. Dan masalah demikian seharusnya tidak perlu terjadi bilamana kita ingin dan tetap berkemauan untuk selalu dan terus menulis, apapun tanggapan, sambutan, atau respons yang terjadi.

Tentunya sangat lumrah andai saja ada yang tidak suka terhadap apa yang telah kita ekspresikan dalam sebuah tulisan. Barang tentu inipun perlu dihadapi dan tidak perlu sampai menjadi beban dan merusak gairah selama si penulis masih tetap dalam koridor aturan main medium yang memuat tulisannya.

Penguasaan terhadap substansi atau topik yang ditulis merupakan salah satu langkah untuk menjawab tanggapan secara bijak, sehingga interaksi semakin hidup yang pada gilirannya akan mendorong proses dinamika sosial.

Hal lain yang biasanya menurunkan minat berkarya tulis sehingga semangat menulisnya berkurang alias "jatuh bangun" lebih dikarenakan terpaku pada kaidah penulisan. Persoalan kaidah ini seharusnya tidak mutlak harus dikuasai/dimiliki oleh setiap penulis.

Memang untuk medium atau wadah tertentu, persyaratan kaidah ini telah disyarat-wajibkan dan harus dipenuhi seperti kalau kita mengirim karya tulis ke jurnal-jurnal ilmiah, penerbitan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), penerbitan buku/jurnal akademis di lingkungan kampus atau jurnal yang diterbitkan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) terakreditasi atau sejenisnya -- semua kaidah tidak bisa dilepaskan.

Akan tetapi lain halnya  di luar wadah tersebut, kaidah menulis bisa saja dibangun oleh penulisnya sendiri. Di media-media populer, termasuk di Kompasiana boleh saja setiap penulis dalam menuangkan ide/gagasan, pemikiran menurut kaidah yang dibuatnya sendiri. Semakin tinggi "jam terbang" menulis maka secara individual setiap penulis akan menemukan kaidah sesuai dengan  gaya penulisan masing-masing.

Kalaupun dimungkinkan setiap penulis mempelajari bagaimana teknik menulis melalui buku-buku, mengkaji tulisan orang lain atau bisa pula belajar teknik menulis dari orang lain yang dianggap mumpuni -  tentu tidak ada salahnya.

Orang lain di sini hanya sebagai mitra untuk pengembangan diri, sehingga nanti seorang penulis akan mengembangkan dirinya seiring dimulai praktek menulis. Yang terpenting adalah lakukanlah action langsung menulis, karena tidaklah akan menemukan teknik menulis yang sesuai dengan dirinya bila tidak menjalani praktek menulis.

Perlu diketahui, khususnya menulis di Kompasiana tidak selalu terikat kaidah harus begini dan harus begitu. Untuk menulis reportase atau liputan peristiwa misalnya, terpenting adalah menyampaikan fakta. Persoalan lain seperti bagaimana menyusun formula pemberitaan, struktur kalimat, efisiensi kata atau kalimat, penggunaan ejaan yang disempurnakan (EYD) bisa menyusul di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun