Secara sosiologis ada yang menyebutnya ini sebagai gejala mobilita vertikal, di mana dalam perubahan status ke status yang lebih tinggi akan menjadikan sikap/perilaku seseorang cenderung berbeda dari sebelumnya. Dalam hal ini, sebagai "orang kaya baru" akan cenderung berpola tingkah "lebih wah" entah didasari gengsi, keinginan atau juga kebutuhan dalam memenuhi kepentingan hidup, baik untuk diri maupun keluargannya.
Tentunya dalam menyikapi kenaikan gaji/penghasilan atau manakala kita mendapatkan rezeki lebih dari biasanya - setiap orang tidak selalu sama. Â Semuanya bergantung cara pandang, pola pikir dan kultur ataupun kebiasaan yang melingkupinya. Ada juga yang menyikapinya dengan cara tidak berlebihan dan bersyukur dengan tetap secara proporsional pada saat berbelanja sesuai kebutuhan pokok dam lainnya.
Melakukan evaluasi serta memenej pengeluaran termasuk utang, setelahnya dari hasil kelebihan income di-insvestasikan sebagai saving/tabungan. Memperbaiki sarana transportasi yang masih layak pakai, memanfaatkan alat komunikasi/gawai untuk penunjang aktivitas, Â dan bilamana belum punya rumah bisa mengajukan kredit perumahan sebagai aset -- merupakan pilihan bagi yang mempunyai pandangan masa depan.
Singkat kata, bahwa sepintas tulisan ini substansinya hanya ingin memahamkan bahwa betatapun besar penghasilan yang diperoleh seseorang, belum tentu menjamin kesejahterannya semakin meningkat. Itu tadi, semuanya berkaitan dengan gaya hidup (life style) yang terbentuk dari cara pandang, pola pikir dan kebiasaan yang memengaruhinya.
Konon seorang milyuner di Amrik sana, mobil pribadinya ada yang berumur 20 tahun lalu masih menemani kerja, yang penting tidak rewel dan masih nyaman/layak dipergunakan. Dan ini sekaligus ikut menggambarkan bahwa "membeli fungsi" menjadi pilihan utama daripada "membeli gengsi" Â yang cenderung konsumtif, boros, tak pernah ada batasnya. Dengan perkataan lain, kesejahteraan dan kesuksesan sesungguhnya sangat subyektif dan berkorelasi dengan gaya hidup seseorang.
JM (14-3-2018). Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H