Arkan melihat gue yang masih berada di pintu. Gue bingung, seorang Arkan bisa menangis seperti itu. Gue mendekati Arkan, dan bertanya apa yang terjadi tetapi Arkan tidak menyahut. Gue tidak memaksa Arkan untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Gue duduk tepat di sebelah Arkan.
"Tempat ini adalah tempat yang cocok untuk menangis" gue mencoba untuk perlahan ngomong dengan Arkan agar tidak menyinggung perasaanya.
"Lu kenapa? Lu butuh teman cerita? Ini ada gue. Cerita aja gapapa"
"Gue gapapa, lu pergi aja"
"Dih, kejam amat. Yaudah kalau lu gak mau cerita. Gue mau pergi jajan, lu mau ikut gak?"
"Gak"
"Ih, ayok ada Nathan juga nanti"
"Gue gak mau !"
"Arkan jamaludin!! Ayokk!" Gue menarik tangan Arkan keluar ruangan
"Ganggu banget sih"
Gue dan Arkan menuju gerbang sekolah, ternyata Nathan masih menunggu disana. Nathan kaget, karena gue tiba-tiba bersama Arkan.