Mohon tunggu...
jjveuxky
jjveuxky Mohon Tunggu... Pengacara - hei-!!

𝖊𝖛𝖊𝖗𝖞𝖙𝖍𝖎𝖓𝖌 𝖍𝖆𝖘 𝖎𝖙𝖘 𝖙𝖎𝖒𝖊 .

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Galaksi Biru

19 Februari 2021   13:00 Diperbarui: 19 Februari 2021   13:03 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Nama gue Axellyn Agatha, biasa di panggil xellyn. Gue sekolah di SMA Taruna Bangsa. Sekarang sudah kelas 2, hampir setiap hari menerima tugas. Hari ini hari senin, dan harus pergi ke sekolah. Gue mandi dan sarapan. Gue emang gak suka sarapan, tapi harus sarapan, aneh kan? Setelah sarapan, gue langsung ke sekolah. Dengan berjalan kaki, rasanya tentram sekali. Sejuk dan damai, seolah masalah yang kemarin hilang begitu saja. Kemarin gue sibuk, gara-gara menyiapkan tugas yang sudah menumpuk. Gue nyalain musik judulnya Close To You, Carpenters dan menyambungkannya ke airpods gue yang sudah menyala. Gue tipe orang yang menyukai keheningan dan mendengarkan musik saat gue lagi sendiri. Setelah berjalan agak jauh dari rumah, gue ngerasa ada yang ngikutin di belakang. Gue beranikan diri melihat ke belakang. Dan buuummm.... ternyata itu Nathan. Ya, dia sahabat gue dari kecil dan sampai sekarang.

"Hei, Xell. Selamat pagi !"

"Hm, pagi."

"Lah kok murung, kenapa lu?"

"Gpp, gue lagi malas aja"

"Satu hari aja lu gak murung xell, pasti cantik" 

"Diem gak lu !" 

"Iya iya. Eh gue denger ada anak pindahan di sekolah"

"Pindahan, darimana?"

"Gue gak tau juga, yang penting dia cowok"

"Oh."

"Oh doang, gk penasaran nih?" dengan nada merayu

"Gak lah ! Tau ah, gue makin males dekat lu" pergi menjauh 

"Jangan gitu dong, xell" mengikuti dari belakang

 

Nathan anaknya memang seperti itu, dia asik dan humoris. Dia juga sabar kalau gue lagi marah. Dia sahabat yang paling baik. Tapi kalau dia marah, dia bisa seperti singa yang kelaparan, dan pernah sekali dia masuk kantor karena berantam. Dia memang tidak suka diganggu jika dia belum mengganggu.

Gue dan Nathan beda kelas, dan kami masuk ke kelas masing-masing. Semua anak anak di kelas membicarakan tentang anak pindahan tadi. Entah apa yang lebih darinya sampai satu sekolah membicarakannya. Bel masuk berbunyi. Wali kelas masuk dan memperkenalkan siswa baru, ternyata anak pindahan tadi satu kelas dengan gue. Namanya Arkan. Semua berbisik memuji anak pindahan itu. Gue akui, dia serbuk berlian. Tinggi, mempunyai wajah yang tampan dan ada yang bilang dia pernah memenangkan olimpiade matematika. Dia makan apa sampai punya banyak kelebihan.

Wali kelas menyuruhnya duduk tepat di depan gue. Gue mencoba menyapanya agar tidak kelihatan canggung, tapi dia tidak membalas sapaan. WAH, gue baru tau, dia kulkas 70 pintu. Kalau tau gitu mending gue gak usah sapa dia. Dan sejak saat itu gue gak pernah bicara dengannya, kecuali membicarakan tugas dan presentasi kelompok.

Bel istirahat berbunyi, dan gue keluar kelas untuk ke kantin. Anak anak cewek di kelas mencari perhatian dengan Arkan. Itu gak perlu dipertanyakan lagi. Gue keluar kelas dan melihat Nathan yang ternyata menunggu daritadi. Nathan pun gak kalah tampan dari Arkan. YAIYA LAH, kan bestie nya gue. Gue menghampiri Nathan dan mengajaknya ke kantin. Gue mesan nasgor dan teh dingin, nasgor di kantin bu Asri memang enak rasanya. Setelah memesan makanan dan minuman, gue nyari tempat buat duduk sementara Nathan masih menunggu pesanannya.

Setelah menemukan tempat duduk, gue gak langsung makan lah. Gue nunggu Nathan dulu, baru gue makan. Segerombolan para lelaki yang dipercayai preman sekolah menghampiri gue. Ketuanya Dimas. YA BIASA LAH, mereka nyari orang buat ditakut-takutin padahal mereka kayak banci.

"Hai Xell, kok gak dimakan makanannya? Nungguin gue ya? hahaha" 

"HAHAHA anjr, Xell udah jujur aja, lu suka sama dimas kan? haha"

"Ya enggak lah, masa gue suka sama banci" kata ku dengan tegas tapi santai

Semua orang disana menahan tawa. 

"Apa lu bilang?!" dimas memukul meja, dia marah

"Kenapa? Malu dibilangin banci? Kan fakta" 

Dimas mengangkat tangannya dengan maksud ingin menampar ku, tetapi ditahan oleh Nathan. Nathan menampar balik. Gue yang sudah menahan marah daritadi akhirnya ingin membuat perlawanan, gue tarik kerah baju dimas dan menamparnya. Gue gak suka ada cewek yang direndahkan oleh laki-laki banci seperti mereka yang hanya berani dengan perempuan saja.

"Pengecut lu !" kata gue dengan tertawa kecil.

"Apa lu bilang ?! " dimas mencoba mendekati gue dan ingin memukul balik, tetapi tidak sempat. Pak Devano langsung menghentikannya.

"Apa-apaan ini ! Ribut di kantin ?! Bubar ! "

BERSAMBUNG . . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun